Putu Nina Madiawati Raih Gelar Doktor

BANDUNG, TEL-U – Dosen Administrasi Bisnis, Fakultas Komunikasi dan Bisnis Tel-U, Putu Nina Madiawati sukses memperoleh gelar Doktor bidang Manajemen di Universitas Pasundan, Selasa (31/05). Nina meraih gelar doctor dengan disertasi berjudul “Implementasi Kinerja Strategi Berbasis Pasar Dalam Memenuhi Kepercayaan Pelanggan Pada Jasa Pendidikan Tinggi Di Bandung Raya”.

Menurut Nina, target dari penelitian ini untuk mengetahui mengapa sampai saat ini orang-orang masih tidak percaya pada PTS. Oleh karena itu yang dikaji ialah kepercayaan terhadap pengguna, bagaimana sebuah PTS dapat meyakinkan penggunanya bahwa PTS tersebut adalah yang terbaik.

Pemilihan topik tersebut diangkat dari adanya fakta bahwa penyerapan lulusan PTS di industri lebih rendah dibandingkan PTN. “Saya melihat berdasarkan segmentasi. PTS itu banyak levelnya, yaitu universitas, sekolah tinggi, institut, politeknik, dan saya melihat semua itu sama rata. Disitu outputnya adalah melihat bagaimana peran internal PTS terhadap output, sehingga output PTS tersebut dapat digunakan di industri,” ujar Nina dalam wawancaranya, Senin (6/6).

Output disini ialah tentang penyerapan lulusan, maka responden utama disertasi ini ialah mahasiswa di perguruan tinggi swasta. Disini peneliti juga melihat bagaimana kondisi internal PTS, mulai dari proses hingga ouputnya yang diharapkan lulusan PTS tidak lagi menganggur tetapi dapat langsung terserap oleh industri. “Berdasarkan hasil survey, di dalam prosesnya sendiri ternyata lemah,” ujar Nina.

Hal ini berdampak pada kepercayaan pengguna atau calon mahasiswa saat ini terhadap pemilihan PTS, dan hal ini juga berpengaruh terhadap PTN yang lebih dipercaya oleh industri dalam penyerapan lulusan.

Hasil wawancaranya dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI), menyatakan bahwa terdapat 3 level PTS. Pertama adalah PTS kelas atas, artinya sudah berorientasi terhadap pasar dan sudah berani merubah kurikulumnya sesuai kebutuhan industri atau pasarnya. Kedua, PTS kelas menengah, artinya sudah bicara orientasi pasar, tetapi secara internal belum berani melakukan perubahan. Ketiga, PTS kelas bawah yang orientasinya bukan orientasi pasar, tetapi hanya berorientasi pada mahasiswa atau benefit. “Dan level ketiga inilah yang merusak pasar,” ujar Nina.

Untuk mengatasinya, maka strategi yang dapat diberikan harus dilihat dari problemnya. “Hasilnya bukan hanya rendahnya kepercayaan, tapi sebenarnya problemnya itu di internalnya masih muncul gap antara penyedia jasa, baik itu pada pimpinan dan bawahan. Jadi intinya pemahaman terhadap visi misi, sasaran tujuan itu masih belum maksimal ke bawah, terutama level dosen sebagai roda atau penggerak,” ujarnya. (purel/nisa)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *