Bedah Buku “Public Relations Crisis” Bersama Firsan Nova

bedah buku firsan nova

Fakultas Komunikasi dan Bisnis (FKB) Tel-U, pada Kamis (25/2) menggelar webinar yang fokus membahas mengenai bagaimana seorang Public Relations untuk dapat menghadapi dan mengelola krisis yang menimpa perusahaan. Keterbukaan informasi serta penyebaraan berita yang cepat seperti saat ini membuat sebuah perusahaan rentan tertimpa isu-isu negatif, namun juga menjadi sebuah media yang baik untuk membangun brand.

Pada webinar yang dihadiri oleh sekitar 200 peserta ini dipandu oleh Dosen Program Studi Digital Public Relations Telkom University, yaitu Martha Tri Lestari, S.Sos., M.M., yang menjadi moderator bersama tiga narasumber yang merupakan pakar di bidangnya masing-masing seperti Penulis Buku PR Crisis Firsan Nova, Founder Nagaru Communication Dian Agustine Nuriman, dan Jurnalis Republika M. Akbar.

Dalam pemaparannya, Firsan Nova menjelaskan bahwa tugas PR tidak hanya membangun good reputation, tapi juga sustainability reputation. Indikator krisis, adalah dampak yang ditimbulkan oleh sebuah kejadian/peristiwa.

“Ada tiga dampak yang umumnya terkena saat krisis yaitu Image, Reputasi, Financial Stability. Salah satu dari ke tiga dampak tersebut perlu segera di isolate ketika terjadi krisis. Misalnya, ketika Image dan Reputasi terkena krisis, namun Finansial nya tidak maka dampaknya tidak begitu masif. Gawat jika ketiganya terkena dampat krisis.” ungkap Firsan.

Sebagai praktisi di bidang Public Relations, Dian Gustine Nuriman menjelasakan bahwa PR perlu dapat menjaga dan membangun reputasi dan citra positif melalui pengelolaan dan pemantauan informasi serta komunikasi terstruktur dengan penyebarluasan informasi penting mengenai suatu brand/perusahaan kepada publik.

Materi menarik juga disampaikan oleh Jurnalis yang sudah lama bergelut di bidang media dan publikasi. M. Akbar, mewanti-wanti bahwa media dapat dengan mudah memanipulasi perspektif suatu peristiwa terhadap yang melihatnya. Framingnya bisa dibuat positif atau negatif, tergantung dari kepentingan dibaliknya.

“Sehingga langkah-langkah persuasif dapat dilakukan untuk menjalin hubungan baik dengan media. Itu langkah yang wajar dilakukan. Sehingga kita bisa lebih mengenal rekan media dan bekerjasama untuk membangun citra positif serta saling membahu dalam menangani krisis.” Ungkap Akbar.

Krisis sejatinya tidak bisa kita hindari, sebaik apapun langkah perusahaan krisis adalah bagian dari perjalanan perusahaan itu sendiri. Hal yang bisa kita lakukan adalah tindakan preventif, menghadapi, serta mengelola krisis untuk kita manfaatkan menjadi sebuah peluang membangung citra yang lebih baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *