Astacala Tel-U Akan Kibarkan Sang Merah Putih Pertama Kali di Atas Batu Lawi Malaysia

astacala resize

BANDUNG TEL-U- Adalah Tebing Batu Lawi. Salah satu puncak dari jajaran pegunungan yang membentang dari Miri sampai ke Bario. Posisinya berada di tengah pegunungan Kelabit Highland, Serawak, Malaysia. Tebing ini masuk ke dalam lindungan Pulong Tau National Forest Park, Malaysia.  Dengan ketinggian gunung 2046 mdpl, ketinggian tebing mencapai 125 m-200m. Tak banyak orang memanjat tebing berjenis sandstone ini. Bahkan tim Astacala Telkom University (Tel-U) akan menjadi orang Indonesia pertama yang mengibarkan sang Merah Putih di tebing Batu Lawi.

“Facing the Giant Rock menjadi tema kegiatan ekspedisi Astacala tahun ini. Ada 7 orang mahasiswa Tel-U yang ikut dalam ekspedisi. Mereka adalah Rahmadian Ikhsanul, Ajie Tri Hutama, Fahmi Arif Maulana, Atdriansyah, Rendy Apriando, M. Catur Syaifudin dan saya,” papar Arnan Tri Arminanto, ketua ekspedisi tebing Batu Lawi. Menurut Arnan, kondisi batuan tebing mirip gua Parang di Purwakarta. Hanya saja Batu Lawi lebih keras dan banyak gua-gua bersejarah.

Lanjutnya, tim ekspedisi akan memulai perjalanan dari desa Bario. Untuk mencapai Bario dapat dilalui melalui jalur darat atau jalur udara. Jalur darat jarang dipakai sebagai transportasi menuju Bario, dikarenakan medan yang berat. Jalan yang dilalui adalah logging road (jalan penebang hutan) dengan waktu tempuh kurang lebih 14 jam. Dari Bario ke bibir tebing Batu Lawi diperlukan trekking selama 3 hari melintasi Taman Nasional Pulong Tau. Ekspedisi dimulai pada 10 November hingga 1 Desember mendatang.

“Kita memang ingin menjadi orang Indonesia pertama yang berhasil mencapai puncak Batu Lawi. Posisinya di tengah hutan sehingga untuk mencapai tebing itu kita harus berjalan selama tiga hari menelusuri hutan. Sedangkan pemanjatannya sendiri bisa menghabiskan waktu lebih dari satu hari,” papar Arnan. Bagi Arnan, merekatkan hubungan tim adalah hal terpenting dari ekspedisi ini agar terjalin kerjasama yang baik. Untuk persiapannya tim mengikuti karantina dan latihan selama 6 bulan. Selain menaklukan tebing Batu Lawi, ekspedisi Astacala ingin melakukan penerapan teknologi komunikasi radio di tebing Batu Lawi.

“Kita ingin mempelajari penerapan komunikasi radio di sana. Kita ingin tahu manakala ada bencana   dan terjadi gangguan sinyal kita punya pengalaman untuk menanganinya. Namun saya yakin, dimanapun lokasinya dan bagaimanapun kondisi lokasi itu melalui komunikasi radio tetap bisa dilakukan,” jelas Arnan. Selama melakukan ekspedisi, kata Arnan,  tim Astacala   didampingi oleh Orari dalam melakukan komunikasi radio. Orari akan melakukan backup komunikasi dikala tim ekspedisi kehilangan kontak.

“Usai melakukan ekspedisi, Astacala berencana menulis sebuah buku yang mengulas tentang tebing Batu Lawi. Kami ingin membuat dokumentasi yang bermanfaat,” pungkas Arnan.- Risca/KOMPRO TEL-U