Kompetisi Coding Jadi Penutup Program Pengabdian Telkom University di SMP Al Azhar Syifa Budi Parahyangan

Kompetisi Coding Jadi Penutup Program Pengabdian Telkom University di SMP Al Azhar Syifa Budi Parahyangan

Bandung – Menjawab belum adanya kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) formal, Fakultas Informatika Telkom University menyelenggarakan program pengabdian masyarakat berupa pelatihan literasi digital dan pemrograman dasar bagi siswa SMP Al Azhar Syifa Budi Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat. Program selama empat bulan (Februari-Mei 2025) ini mencapai puncaknya dengan penyelenggaraan Junior Coding Contest, sebuah kompetisi pemrograman internal bagi 11 siswa peserta Coding Club untuk menguji logika dan penyelesaian soal menggunakan C++.

Program berbasis Learning Management System (LMS) Moodle yang disesuaikan untuk pemula ini menawarkan pembelajaran mandiri fleksibel (sinkronus dan asinkronus). LMS dilengkapi 231 soal pemrograman bertingkat dengan penilaian otomatis (auto-grading), tujuh video konsep dasar, modul ajar interaktif, serta latihan dan kuis digital. Untuk mendukung, diselenggarakan juga empat sesi tatap muka di luar jam sekolah, mencakup sosialisasi LMS, pelatihan langsung, dan persiapan kompetisi.

Kegiatan ini dirancang strategis membangun fondasi keterampilan abad ke-21: pemrograman, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kemandirian belajar, yang selaras dengan misi sekolah. Junior Coding Contest berhasil menjadi momentum motivasi tinggi, mendorong eksplorasi lebih dalam dan semangat belajar mandiri para siswa.

Evaluasi menunjukkan LMS membantu proses belajar sebagian besar siswa. Namun, tingkat kepuasan keseluruhan masih perlu ditingkatkan, dengan hanya 45,45% responden menyatakan puas terhadap materi dan pendampingan. Tantangan utama meliputi waktu pelaksanaan (sore usai sekolah), kompleksitas materi C++ yang dinilai terlalu tinggi untuk pemula, serta minimnya keterlibatan aktif guru dalam pendampingan.

Selain LMS sebagai produk teknis, program ini berhasil membentuk ekosistem belajar digital di sekolah. Fitur seperti video, soal otomatis, dan kompetisi terbukti efektif memacu motivasi dan kemandirian. Pengembangan LMS menggunakan metode Iterative and Incremental Development (IID) memungkinkan adaptasi berkelanjutan. Untuk dampak lebih besar, tim merekomendasikan: integrasi materi ke jam formal, pengenalan pemrograman awal dengan platform block-based (contoh: Scratch), serta pelatihan dan pemberdayaan guru sebagai pendamping.

Program pengabdian ini tidak sekadar menutup rangkaian pelatihan, tetapi membuka jalan bagi model pembelajaran informatika yang inklusif, fleksibel, dan berkelanjutan di sekolah-sekolah tanpa kurikulum TIK formal, mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan digital masa depan.

Penulis : Selly Meliana | Editor : Abdullah Adnan | Foto : Selly Meliana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *