Salah satu sektor yang terkena imbas pandemi Corona Virus Disease-2019 (COVID-19) adalah sektor kesehatan. Penyebaran COVID-19 yang sangat masif dan cepat membuat petugas medis kewalahan. Bahkan, di negara asalnya, Tiongkok, pemerintah membangun dua rumah sakit khusus untuk menangani COVID-19 akibat jumlah pasien yang terus bertambah dan tidak dapat ditampung di rumah sakit yang sudah ada.
ALHASIL, rumah sakit pun menjadi tempat yang paling rentan terhadap penyebaran COVID-19, karena interaksi di kalangan tenaga medis sendiri maupun dengan pasien-pasien rumah sakit yang positif COVID-19. Oleh karena itu, perlu alat khusus yang dapat digunakan untuk mensterilkan ruangan-ruangan yang ada di rumah sakit.
Kondisi tersebut mendorong peneliti dari Telkom University (Tel-U) untuk menciptakan inovasi terkait hal ini. Bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tim peneliti Tel-U menciptakan Autonomous UVC Mobile robot (AUMR) yang berfungsi untuk disinfeksi dan sterilisasi pada ruang isolasi pasien positif COVID-19 di rumah sakit.
AUMR menjadi salah satu riset prioritas Tel-U dalam menghadapi pandemi COVID-19 di Indonesia. Alat ini melakukan disinfeksi dan sterilisasi pada ruang-ruang isolasi pasien COVID-19 dengan cara menghilangkan dan mengurangi mikroorganisme (termasuk virus COVID-19), baik yang menempel pada benda (peralatan), lantai maupun udara.
Kondisi rumah sakit yang rentan terhadap penyebaran COVID-19 membuat tim peneliti berusaha menciptakan alat yang seminimal mungkin menggunakan campur tangan manusia dalam pemakaiannya. Untuk itu, AUMR dapat dikendalikan secara efektif dari jarak jauh (remote), sehingga bisa meminimalisir penularan COVID-19. Alat ini telah diuji coba di sejumlah rumah sakit, terutama yang menjadi rujukan penanganan pasien positif COVID-19, seperti RS Pusat Hasan Sadikin (RSHS) dan RS Pindad KotaBandung, serta RS Khusus COVID-19 Wisma Atlet Jakarta.
AUMR merupakan robot pertama di Indonesia. Sebelumnya, alat serupa pernah digunakan di sejumlah negara seperti Denmark dan Cina. Sistem kerja alat ini akan memancarkan sinar ultra violet (UV) dalam kisaran 200 nm dan 280 nm ketika dioperasikan di ruang isolasi, sehingga sinar ini terserap oleh DNA, RNA, dan protein mikro organisme yang ada di ruangan tersebut, termasuk jika ada virus Corona yang dapat menularkan COVID-19. Penyerapan ini akan menyebabkan pecahnya dinding sel protein dan mematikan mikro organisme tersebut.
Penyerapan sinar UVC oleh DNA dan RNA (khususnya basa timin) akan menyebabkan inaktivasi untai ganda DNA atau RNA melalui pembentukan dimer timin. Jika dimer sudah cukup diproduksi dalam DNA, maka proses replikasi DNA akan terganggu dan tentunya sel tidak dapat mereplikasi.
Untuk operasionalnya, AUMR dapat bekerja selama lima jam. Sementara sistem kerja UVC- nya dapat beroperasi sekitar satu jam. Pengontrolan robot ini dapat dilakukan dalam beberapa mode, yakni mode remote dengan menggunakan remote control dan autonomous control mode dengan melakukan line tracking atau laser range navigation. Robot ini pun dilengkapi sensor ultrasonic untuk menghindari kemungkinan menabrak benda di sekitarnya.
Selain di lingkungan rumah sakit, robot ini sudah diuji coba dalam hal pemberantasan virus mikro biologi yang dilakukan di Laboratorium Mikro Biologi LIPI Bogor. Hasilnya, robot ini secara efektif mampu membunuh virus dalam rentang waktu 10 menit sampai 20 menit.
Biaya riset dan pengembangan AUMR menghabiskan dana tak kurang dari Rp250 juta. Biaya ini masih lebih terjangkau dibandingkan dnegan robot sejenis yang
diproduksi luar negeri, yakni di kisaran $80.000 – 90.000.
Adapun tim peneliti AUMR merupakan kolaborasi sejumlah dosen Tel-U dengan Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI. Antara lain Angga Rusdinar, S.T., M.T., Ph.D., (Fakultas Teknik Elektro – FTE Tel-U), Dr. Kemas Muslim L. S.T., M.ISD., (Fakultas Informatika – FIF Tel-U), Dr. Irwan Purnama (Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI Bandung), dan Dr. Ratih Asmana (Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Bogor), serta didukung asisten peneliti yang terdiri atas staf BTP, alumni dan mahasiswa Tel-U.
Setelah uji coba, diharapkan AUMR menjadi alat yang mampu mengurangi penyebaran COVID-19 melalui proses desinfeksi dan sterilisasi, khususnya di rumah sakit. Setelah dilakukan uji coba,
AUMR pun sempat dipresentasikan di hadapan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, pada Sabtu (18 April 2020) di Gedung Pakuan. Diharapkan, alat ini dapat membantu pemerintah dalam menangani penyebaran COVID-19.
Emil -sapaan Ridwan Kamil- memuji kecanggihan robot AUMR yang memanfaatkan disinfektan ultra violet untuk sterilisasi ruangan dari virus dan mikro biologi lainnya. Pasalnya, robot ini dapat melakukan desinfeksi melalui sinar ultra violet dengan cepat dan efektif. Robot ini pun dapat bergerak otomatis, sehingga tidak perlu sentuhan manusia dalam sistem kerjanya dan sangat cocok diimplementasikan di koridor-koridor rumah sakit yang menjadi rujukan COVID-19.
Menindaklanjuti hal ini, Emil meminta Tel-U dan LIPI untuk segera membuat surat tertulis terkait kesanggupan untuk memproduksi AUMR secara massal dalam waktu sebulan. Pasalnya, penanganan COVID-19, khususnya di wilayah Jawa Barat, harus diselesaikan secepatnya.
Saat ini, jumlah rumah sakit rujukan COVID-19 ada 105 unit di Jawa Barat. Namun, penggunaan AUMR untuk tahap awal akan diprioritaskan di RSHS Kota Bandung dulu. Pemerintah Provinsi Jawa Barat memang telah meminta pada Forum Rektor sejumlah perguruan tinggi agar berkontribusi dan berinovasi dalam membantu penanganan COVID-19. Hasil inovasi apa pun yang terbukti dapat menekan penyebaran COVID-19 akan sangat berguna untuk mengatasi pandemi COVID-19 yang penyebarannya dalam kurun waktu dua bulan saja sudah mengkhawatirkan.