Telkom University – Di era digital saat ini, dunia kerja kian mengalami perubahan yang signifikan. Salah satu perubahan ini ditandai dengan munculnya Gig Economy, sebuah konsep di mana pekerjaan sementara dan kontrak atau proyek-proyek jangka pendek menjadi hal yang umum dibandingkan kerjaan tetap. Gig Economy menunjukan di mana orang dapat bekerja bebas secara independen dan fleksibel karena tidak terikat dengan satu perusahaan dalam jangka panjang.
Beberapa Faktor yang Mendorong Tren Gig Economy
Tren gig economy semakin berkembang pesat di era digital saat ini. Ada beberapa faktor yang mendorong individu untuk memilih pekerjaan dalam ekonomi gig dibandingkan pekerjaan konvensional. Beberapa faktor penting tersebut antara lain:
- Fleksibilitas, mulai dari waktu berangkat sampai tempat kerja.
- Entrepreneur Spirit, ingin menjadi bos untuk diri sendiri.
- Penghasilannya tidak terpaku pada gaji tetap, sehingga untuk mendapatkan gaji lebih Gig Workers dapat mengambil pekerjaan lebih.
Baca Juga : Google Analytics: Pengertian, Fungsi, Metrics, dan Fiturnya
Kesempatan dalam Gig Economy
1. Fleksibilitas Kerja
Salah satu keuntungan dari Gig Ekonomi adalah fleksibilitas yang ditawarkannya. Umumnya, para pekerja hanya akan melakukan pekerjaan dengan sistem proyek demi proyek. Mereka juga memiliki kendali lebih besar untuk mengatur jadwalnya, sehinggal hal ini lebih menguntungkann bagi mereka yang sedang mencari keseimbangan antara kehidupan pekerjaan, dan kehidupan pribadi.
2. Lebih Mudah Mendapatkan Kerja
Pandemi COVID-19 2020 lalu membuat sejumlah pekerja terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dan dirumahkan tanpa menerima upah (unpaid leave). Kondisi tersebut membuat para pekerja semakin sulit untuk mencari pekerjaan. Keberadaan sistem gig memungkinkan individu memperoleh pendapatan sampingan di luar pendapatan utama. Peluang kerja yang tersedia dalam Gig Economy sangatlah banyak. Pada umumnya, pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak memerlukan kualifikasi normal selama skill, portofolio, serta produk atau jasa yang ditawarkan sesuai.
3. Work From Anywhere
Gig Economy membuat pekerja untuk bekerja dari mana saja dengan eksistensi platform digital, dan koneksi internet. Hal ini membuat mereka untuk bekerja kapan saja dan di mana saja, asalkan dapat menyelesaikan project sesuai klien dan deadline. Mereka tidak memiliki kewajiban untuk bekerja di sebuah kantor atau di suatu tempat.
4. Mendorong Inovasi dan Kewirausahaan
Banyak platform teknologi yang lahir dari Gig Economy, menjadikan kreativitas masyarakat sebagai solusi untuk masalah-masalah yang ada. Misalnya, eksistensi platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan TikTok Shop yang memungkinkan banyak orang untuk membuka usaha dengan lebih mudah.
Baca Juga: Peran Kewirausahaan dalam Pengembangan Karir Mahasiswa
Tantangan dalam Gig Economy di Bisnis Digital
Di balik potensinya yang menjanjikan, Gig Economy pun dituntut untuk menghadapi pada sejumlah tantangan yang serius yang beberapa di antaranya ialah:
1. Ketidakpastian Pendapatan
Tantangan yang menjadi concern para pekerja lepas adalah ketidakpastian pendapatan. Umumnya, pekerja lepas dibayar per-project. Belum lagi ada kisah horor yang tidak jarang dialami oleh para pekerja lepas, yaitu keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai dengan kesepakatan awal.
2. Kesenjangan Akses Teknologi
Sebagian pekerjaan dalam Gig Economy dioperasikan melalui platform digital. Namun, tidak semua pekerja Gig Economy memiliki perangkat yang memadai untuk mengakses internet cepat, perangkat digital, atau software lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Hal ini membuat sebagian pekerja Gig sulit untuk bersaing di dunia pekerjaan.
3. Jenjang Karir
Apabila dilihat dari sisi pekerja tetap, salah satu tantangan dalam Gig Economy adalah sulitnya memiliki jenjang karir yang baik. Perusahaan lebih memilih untuk mempekerjakan pekerja tetap. Hal ini membuat kesempatan pekerja lepas untuk mengembangkan diri menjadi lebih sulit.
4. Pergaulan dan Aktivitas Jauh Lebih Terbatas
Pekerjaan berbasis Gig seringkali dilakukan secara mandiri. Sifat mandiri dan kurangnya interaksi sosial ini merupakan hasil dari fleksibiitas dan individualisme yang ditawarkan Gig Economy. Hal ini memang memberi kebebasan tetapi juga menciptakan kondisi isolasi yang lebih besar bagi para pekerjanya. Maka dari itu, pekerja Gig Economy harus lebih proaktif dalam bersosialisasi di luar, karena mereka tidak akan menemukan lingkungan sosial seperti di lingkungan kerja tradisional.
5. Sulit Menemukan Work Life Balance
Bekerja di Gig Economy cenderung susah meraih Work Life Balance. Fleksibilitas yang diberikan oleh Gig Economy membuatmu bisa bekerja di mana saja dan kapan saja. Bagi kamu yang kurang bisa mengatur waktu dengan baik, hal ini dapat menjadi boomerang pada kesehatan jasmani dan rohani.
6. Tidak Mendapatkan Jaminan
Karena status mereka sebagai pekerja lepas, mereka tidak mendapatkan perlindungan sosial dan jaminan kesehatan seperti pekerja tetap. Hal ini membuat mereka rentan terhadap resiko finansial apabila terjadi sebuah kecelakaan, sakit, atau kehilangan pekerjaan.
Baca Juga: 5 Cara Punya Work Life Balance – Belajar, Bekerja, Menikmati Hidup!
Masa Depan Gig Indonesia
Gig Economy diprediksi akan terus berkembang di masa depan, didorong oleh kemajuan teknologi serta preferensi kerja yang semakin fleksibel. Akan tetapi, tantangan yang dihadapi Gig Economy pun akan semakin kompleks. Tantangan utama yang harus dihadapi ialah bagaimana mengatasi kesenjangan antara fleksibilitas dan keamanan. Pekerja Gig menginginkan fleksibilitas, akan tetapi juga mereka membutuhkan keamanan dan pendapatan yang stabil.
Di Indonesia, Gig Economy telah berkembang pesat melihat banyaknya jenis pekerjaan yang masuk dalam kategori ini seperti copywriter, content creator, hingga pengemudi online.
S1 Digital Business Telkom University
Menghadapi perkembangan pesat Gig Economy, Telkom University (Tel-U) mengambil langkah strategis dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang unggul dan siap berhadapan dengan tantangan di masa depan dengan menghadirkan Program Studi S1 Digital Business.
Fenomena Gig Economy yang terus berkembang ini tentunya membuka peluang besar di Indonesia. Untuk menjunjung kesuksesan dalam Gig Economy ini, individu harus terus mengembangkan keterampilan dan kemampuannya. Tel-U memiliki peran penting dalam menyediakan pendidikan yang relevan dengan infrastruktur dan sumber daya yang sangat mendukung untuk membekali pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisis pasar digital, sehingga lulusan Tel-U tidak hanya hanya siap untuk bekerja di lingkungan kerja konvensional, tetapi juga mampu bersaing dan beradaptasi dalam Gig Economy.
Begitulah informasi seputar Gig Economy. Semoga bisa menjadi bahan pertimbanganmu, ya! Apabila kamu tertarik, bergabunglah dengan S1 Digital Business Telkom University!.
Penulis: Adinda Cantika Putri | Editor: Adrian Wiranata | Foto: Public Relations