BANDUNG, Telkom University – Literasi digital merupakan kemampuan individu yang sangat diperlukan, terlebih saat ini dimana persaingan skala global menuju era Society 5.0 terus menerus menuntut masyarakat untuk beradaptasi secara digital. Kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir kritis dan kreatif, juga kemampuan melakukan aktivitas digital marketing menjadi beberapa elemen yang sangat diperlukan oleh masyarakat yang kerap disebut dengan digital natives.
Melihat fenomena tersebut, dosen Telkom University yang berkolaborasi antar 3 (tiga) fakultas yaitu Fakultas Komunikasi Bisnis (FKB), Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) dan Fakultas Industri Kreatif (FIK) mengangkat topik “Digital Literacy Conception Future Digital Talent” sebagai kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (Abdimas) yang telah dilaksanakan pada bulan November lalu bermitra dengan SMP Telkom Purwokerto yang mana menurut Kepala Sekolah SMP Telkom Purwokerto, Widyatmoko mengatakan bahwa para tenaga pendidik di sekolah tersebut membutuhkan pemahaman yang merata mengenai Literasi Digital.
Kegiatan Abdimas terbagi pada beberapa sesi dari mulai sesi Focus Group Discussion (FGD) dan dilakukan secara Hybrid dari kota Bandung dan Purwokerto dibuka oleh Anggar Erdhina Adi selaku Ketua Pengabdian Masyarakat kolaborasi dan disambut hangat oleh Kepala Sekolah SMP Telkom Purwokerto, Widyatmoko sebagai mitra abdimas. Acara yang berlangsung selama 2 (dua) jam dipandu oleh Ghia sebagai MC dan di-moderatori oleh Martha Tri Lestari yang merupakan mahasiswi dan juga dosen program studi Digital Public Relations (DigitalPR) FKB.
Sesi pertama Abdimas ini mengangkat sub-topik mengenai Digital Literacy in education dan How marketing works in digital world yang mana narasumber yang tentunya kompeten merupakan dosen dari Fakultas Ekonomi Bisnis, Refi Rifaldi Windya Giri dan Heppy Millanyanil.
“Dengan kemampuan literasi digital yang mumpuni maka akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran inkuiri yaitu siklus melakukan pencarian, penyelidikan fenomena, menciptakan konten/karya baru, mendiskusikan temuan, serta mampu merefleksikan hasil untuk Langkah selanjutnya secara mandiri, ujar Refi”.
Pada paparan materinya Heppy mengatakan berkat perkembangan teknologi internet, pemasaran dapat dilakukan dengan lebih massif dengan biaya yang lebih murah. Hal ini membuka peluang bagi semakin banyak orang untuk dapat memasarkan produknya ke pasar yang semakin luas. Guru dan siswa di kelas perlu diberikan pemahaman mengenai hal ini sehingga mereka bisa ikut memanfaatkan kondisi ini dengan ikut memasarkan produknya melalui media-media digital yang mudah diakses. Di lain sisi, sebagai konsumen, kita kemudian dihadapkan dengan banyaknya informasi dan pilihan produk yang sangat beragam.
“Guru dan siswa juga perlu diberikan pemahaman mengenai bagaimana cara memilah informasi mengenai produk, sehingga tidak salah ketika melakukan keputusan pembelian. Dalam hal ini, digital literasi perlu diberikan sehingga guru dan siswa dapat berperan sebagai pemasar dan konsumen yang baik, ujar Heppy”.
Pada pekan selanjutnya, materi dilanjutkan dengan sub-topik Digital Talent Pipeline dan Ethical and Effective communication skill yang dipaparkan oleh Martha Tri Lestari dan Amalia Djuwita (Amel) sebagai narasumber dari Fakultas Komunikasi Bisnis.
“Effective Communication, Decision Making, Functional Skills, Creativity, Critical Thinking, Cultural Understanding, Collaboration dan Ability to find information merupakan soft skill yang perlu diterapkan untuk membangun digital natives melalui digital talent pipeline, ujar Martha”.
Selain itu dalam pemaparan materinya, Amalia Djuwita mengatakan bahwa dalam pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada komunikasi yang interaktif agar terjadi umpan balik yg memungkinkan peserta didik melakukan perbaikan-perbaikan cara komunikasi maupun pemberian pengetahuan sehingga tercipta pesan yang disampaikan dengan tepat dan dapat diinterpretasikan oleh peserta didik secara efektif.
“Peserta didik di era sekarang ini dituntut untuk memiliki etika yg lebih baik, memiliki karakter yang baik dan memiliki kompetensi kepribadian dan profesional, ujar Amel”.
Pada sesi terakhir dari rangkaian abdimas ini, materi yang dipaparkan adalah mengenai Digital Design Thinking dan Critical Thinking as Digital Literacy yang mana narasumber merupakan dosen dari Fakultas Industri Kreatif yaitu Ardy Aprilian Anwar dan Anggar Erdhina Adi.
Pada pemaparannya Ardy mengatakan bahwa dalam proses belajar, kita dapat masuk dan mengarahkan pola rancangan berpikir (Design Thinking) manusia. Kita akan tahu lebih banyak tentang kognisi manusia dan bagaimana sebuah pengalaman terbentuk dari beberapa hasil pikir, proses kognitif, dan emosi. Untuk menelusuri sisi “yang tak terungkap” pada diri manusia, kita dapat melihat cara siswa belajar, dan menanyai mereka.
“Literasi Digital dapat mendukung manusia sehingga mereka mengamati informasi yang tepat (Vision), mendapatkan kata-kata yang tepat pada waktu yang tepat (Language), dan pada akhirnya membuat keputusan yang lebih baik (Making Decision) dan memecahkan lebih banyak masalah (Problem Solving), ujar Ardy”.
Selanjutnya sesi ditutup dengan pemaparan Anggar Erdhina yang mengatakan bahwa Literasi Digital kepada siswa harus disertai dengan pemahaman Critical Thinking.
Sebagai pendidik sekiranya kita harus mawas bahwa cara berpikirnya anak sekarang berbeda karena dunia yang “mungkin” berbeda.
“Mengarahkan siswa pada tahapan critical thinking yang baik tentang fenomena yang ada merupakan hal yang terpenting, ujar Anggar”. (MTL)