BANDUNG, Telkom University – Saat ini berbagai cara dilakukan oleh para pengiklan untuk meraih perhatian masyarakat. Mulai dari menyebar pamflet di area terbuka, penempatan billboard serta berbagai media luar ruang lainnya hingga penggunaan media digital.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Penerbit Andy Academy bekerjasama dengan Telkom University menyelenggarakan kuliah umum dengan mengangkat tema ‘Strategi Kreatif Advertising Era Digital’. Acara ini menghadirkan pembicara yaitu Ilhamsyah, S.Sn., M.Ds. selaku dosen program studi S1 Desain Komunikasi Visual Fakultas Industri Kreatif Telkom University sekaligus penulis buku.
Melalui Buku Pengantar Strategi Kreatif – Advertising Era Digital, Ilhamsyah menjelaskan bahwa periklanan telah bergeser menjadi seni membujuk khalayak sasaran melalui pesan-pesan persuasif dan strategi terukur, bertujuan mengubah pemikiran, perilaku serta tindakan target yang disasar terhadap produk yaitu barang, jasa atau solusi sosial yang ditawarkan. Dalam operasionalnya periklanan memanfaatkan media massa yaitu media cetak, elektronik serta digital sebagai salurannya, yang dirancang dalam sebuah strategi media yang terintegerasi.
“Saat ini iklan telah berubah fungsi menjadi sebuah seni dalam mempersuasi masyarakat sebagai calon pengguna produk. Ketika bisnis agensi periklanan sedang meredup, kebutuhan ahli seni mempersuasi lewat visual tidak ikut menyurut. Keilmuan periklanan sebagai seni membujuk tetaplah eksis, namun bentuk maupun model industrinya yang berubah,” ucapnya.
Ilhamsyah mengatakan di era digital “integrated” menjadi kata kunci dalam tiap langkah-langkah pemasaran. Kerena akibat teknologi digital dan internet semua menjadi bias dan membaur, iklan dengan karakter public relation, direct selling yang disisipkan kampanye sosial, dan lain-lain. Sehingga berbagai penjelasan mengenai komunikasi pemasaran yang menyeluruh maka akan diistilahkan periklanan, begitu juga sebaliknya apabila muncul istilah periklanan maka kita akan berpikit itu adalah komunikasi pemasaran. Sehingga periklanan dan komunikasi pemasaran adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
“Secara umum penjelasan buku ini didasarkan pada konsep marketing 4.0 yang menunjukkan bahwa hidup tidaklah melulu digital. Ketika dunia digital sudah riuh sehingga semua menjadi tampak sama oleh pemirsa, aktifasi offline menjadi pembeda baru bagi sebuah langkah pemasaran. Dalam hal ini media digital dan media offline pun harus terintegrasi,” ucapnya.
Ilhamsyah menambahkan bahwa saat ini terdiri dari beberapa jenis periklanan yaitu, commercial advertising, corporate advertising, public service advertising dan social-commercial advertising. Penyederhanaan pembagian iklan ini didasarkan pada semakin banyaknya bentuk iklan, diakibatkan kemudahan memodifikasi informasi maupun iklan melalui medium digital.
Pada penjelasan lain Ilhamsyah mengungkapkan bahwa sebagian besar ide iklan yang unik muncul melalui penggalian consumer insight. Consumer insight adalah pikiran bawah sadar yang mengarahkan perilaku seseorang sehari-hari mereka. Insight ini berkaitan erat dengan harapan, impian, ketakutan, kebahagian dan lain sebagainya. Melalui insight ini pula, kita dapat menemukan big idea yang nantinya diterjemahkan ke dalam bentuk storyline.
“Tujuan membuat storyline adalah untuk membuat kerangka dasar ide yang tidak keluar dari tujuan utamanya, yaitu menjual produk. Kerangka ide tersebut bisa menunjukkan fungsi utama dari produk dalam menyelesaikan permasalahan target audiens.”