Telkom University – Mata adalah bagian dari organ manusia yang sangat penting dan krusial untuk diperhatikan kesehatannya. Meskipun organ kecil, tetapi mata yang kehilangan kemampuan melihat dapat sangat menghambat aktivitas manusia. Kebutaan dapat disebabkan oleh berbagai penyakit mata, seperti retinopati diabetik, glaukoma, dan katarak, yang berdampak negatif pada kualitas hidup individu. Saat ini, kebutaan bahkan menjadi salah satu masalah kesehatan global yang signifikan. Di Indonesia sendiri, jumlah kasus kebutaan mencapai sekitar 1,6 juta penduduk. Untuk itu, diperlukan tindakan proaktif dalam deteksi dini penyakit mata untuk mengurangi angka kebutaan dan menghentikan penyebaran penyakit mata.
Adalah Hendrik Mario Ignatius, Izzulhaq Mahardika, Nida Anggraeni, Nadia Nurhalija Zuaeni, dan Tiara Sabrina, sekelompok mahasiswa S1 Sains Data Fakultas Informatika (FIF), Telkom University (Tel-U) yang menghadirkan inovasi yang dapat melakukan deteksi dini terhadap penyakit mata untuk mencegah terjadinya kebutaan. Didampingi oleh Dr. Gamma Kosala, mereka menghadirkan inovasi yang disebut OptiGuard. Aplikasi deteksi dini penyakit mata melalui funduskopi ini memanfaatkan metode Convolutional Neural Network (CNN) untuk mendeteksi dini penyakit katarak, glaukoma, dan diabetes retinopati dengan adaptor yang menghubungkan lensa oftalmoskop 20D pada kamera ponsel pengguna. Saat ini, OptiGuard tengah dikembangkan melalui Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC) dan berhasil mendapatkan pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
“Inovasi OptiGuard ini terdiri dari aplikasi yang digunakan untuk mengambil citra fundus yang kemudian diproses untuk mendeteksi penyakit matanya dengan menerapkan model Convolutional Neural Network. Tidak sebatas itu, aplikasi OptiGuard yang kami rancang juga dilengkapi dengan fitur lainnya seperti, fitur akses alat OptiGuard di klinik terdekat, fitur janji temu dengan dokter, fitur rekam medis, fitur edukasi yang berisi artikel dan video terkait kesehatan mata, hingga fitur pesan untuk konsultasi online dengan dokter,” jelas Hendrik, koordinator OptiGuard.
Menyempurnakan inovasinya, tim OptiGuard bekerja sama dengan dr. Grimaldi Ihsan, Sp.M., guna memberi masukan dan tanggapan terkait inovasi OptiGuard. Tidak hanya itu, OptiGuard juga telah mendapatkan Hak Cipta dengan nomor pencatatan 000635467 dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan judul ciptaan OptiGuard: Inovasi Alat dan Aplikasi Deteksi Penyakit Mata melalui Citra Funduskopi. Hal itu menunjukkan keseriusan untuk meningkatkan akan kesadaran kesehatan mata dan menghadirkan solusi pemeriksaan mata.
“Harapannya, OptiGuard dapat menjadi solusi untuk masyarakat dalam meningkatkan kesadaran untuk menjaga kesehatan mata. Selain itu, OptiGuard juga harapannya dapat menjadi solusi pemeriksaan mata yang dapat digunakan kapan saja dan di mana saja dengan cepat, tepat, dan efisien. Dengan demikian, penyakit mata dapat lebih cepat terdeteksi dan segera mendapat penanganan medis sehingga kebutaan dapat dicegah dan penderitanya dapat menjalani aktivitas tanpa gangguan atau hambatan pada penglihatan,” harap pendamping tim OptiGuard, Dr. Gamma Kosala, S.Si..
Untuk informasi lebih lanjut mengenai inovasi OptiGuard, Tim OptiGuard juga telah memiliki akun media sosial Instagram @optiguard_pkmkc (https://www.instagram.com/optiguard_pkmkc/). Tidak hanya berfungsi sebagai media publikasi inovasi OptiGuard, akun tersebut juga menjadi platform untuk mengedukasi masyarakat dengan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan mata dan AI.
Penulis: Aqila Zahra Qonita | Editor: Adrian Wiranata | Foto: Narasumber