Jakarta – Forum Alumni Universitas Telkom (FAST) kunjungi kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Selasa, 5 April 2022. Presiden FAST, Sri Safitri mengajak serta jajaran pengurus FAST juga perwakilan dari Universitas Telkom. Mereka adalah Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dr. Kemas Muslim, Direktur Bandung Techno Park, Dr. Koredianto Usman, S.T., M.Sc., dan Tim Perwakilan Universitas Telkom lainnya.
“FAST ingin menjembatani kampus (Universitas Telkom, red) dengan BNPB untuk peluang riset dibidang kebencanaan”, ungkap Sri Safitri mengawali diskusi tersebut.
Fitri berharap dapat terjalin kerjasama dalam hal penelitian di bidang penanggulangan bencana antara Universitas Telkom dengan BNPB. Hal ini karena Universitas Telkom memiliki fasilitas dan dukungan teknologi digital yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pada kesempatan itu pula, Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Telkom, Angga Rusdinar, S.T., M.T.,Ph.D., menyatakan bahwa Universitas Telkom telah melakukan banyak penelitian dan inovasi yang berkaitan dengan penanggulangan bencana.
“Sejak pandemi Covid-19, Kami membuat alat desinfektan ruangan berbasis UAV (Unmanned Aerial Vehicle, red) atau robot, dan telah dihibahkan ke wisma atlet juga Pemerintah”, tambah Angga. Selain itu, Angga juga mengatakan penelitian dan inovasi lainnya yang telah dilakukan Universitas Telkom antara lain membuat sistem pendeteksi dan recovery bencana, prediksi dan simulasi tsunami, dan AI (artificial intelligence, red) untuk mendeteksi tinggi permukaan laut.
Pada kesempatan tersebut, Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, beserta jajaran pejabat di BNPB menyambut baik peluang yang ditawarkan oleh FAST dan Universitas Telkom ini. Menurutnya, penanggulangan bencana di Indonesia bukan hanya Covid-19, tapi juga yang paling menyita perhatian dunia yaitu kebakaran hutan.
“Meski kita mengetahui COVID-19 ini angka kasusnya sudah melandai, namun masih ada potensi bencana lainnya yaitu kebakaran hutan”, ungkap Letjen TNI Suharyanto.
Suharyanto merasa perlu untuk menerapkan teknologi dalam rangka mengoptimalkan tindakan-tindakan pencegahan maupun penanggulangan bencana.
“Maka dari itu, jika kita menggunakan teknologi untuk mendeteksi titik api, saya pikir kita bisa melakukan tindakan pencegahan lebih efektif dan efisien sebelum api tersebut menjadi besar dan membakar hutan”, ia menambahkan.
Kepala BNPB juga mengatakan bahwa selain dua hal bencana tersebut, masih ada potensi bencana lainnya seperti tsunami, gunung berapi, dan gempa bumi.
Suharyanto menyampaikan, “untuk tsunami kita juga bekerja sama dengan BMKG secara intensif. Namun saya rasa perlu juga untuk dapat mendeteksi gunung berapi, serta melakukan mapping daerah yang terdampak gempa bumi”.
Suharyanto pun berharap agar kerjasama antara Universitas Telkom dan BNPB yang difasilitasi oleh FAST ini dapat menjawab masalah pendataan bencana.
“Masalah utama kami yaitu pendataan”, pungkas Ketua Satgas COVID-19.