BANDUNG, Telkom University – Peran dan fungsi karyawan perusahaan sebagai pemengaruh internal (internal influencer) menjadi sangat strategis di era media sosial saat ini. Para karyawan yang memiliki loyalitas tinggi dan pemahaman mumpuni terkait operasional bisnis dan brand perusahaannya, ketika menjadi seorang pemengaruh internal dapat berperan sebagai layaknya seorang juru bicara (spokesperson) perusahaan. Bahkan, peran pemengaruh internal sama pentingnya dibandingkan dengan pemengaruh eksternal (external influencer) yang kerap memiliki jumlah pengikut (followers/subscribers) yang besar.
Hal tersebut disampaikan oleh Corporate Communication PT Bio Farma, Yuni Miyansari, M.Ikom, saat mengisi materi sebagai dosen tamu pada kegiatan Public Relations Practitioner’s Talk (PRP-Talk) bertajuk Tips Mengelola Internal Influencer, yang diselenggarakan secara daring oleh Program Studi Digital Public Relations, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Telkom University, Jumat (13/5).
Dari tema tersebut Yuni menjelaskan saat ini berbagai perusahaan dan instansi telah memiliki pemengaruh internal atau digitroops, dengan pertimbangan keberadaan mereka dapat membantu perusahaan dan institusi dalam memberikan informasi dan mengedukasi masyarakat melalui akun media sosial masing-masing.
“Kami menyebut internal influencer di Bio Farma sebagai Digitroops, yang terdiri dari 20 pegawai aktif dan merupakan pegawai milenial dari berbagai unit kerja, sekaligus pengguna aktif media sosial dengan minimal 1000 followers.” Ucapnya.
Yuni menambahkan, 50% pegawai di Bio Farma merupakan gen Y atau millennials, melalui program ini akan sangat mengoptimalkan perusahaan dalam memberikan pengaruh kepada masyarakat. Karena dalam banyak hal para pemengaruh internal lebih efektif dibandingkan pemengaruh eksternal. Namun, untuk mengoptimalkan peran dan fungsi mereka, perusahaan dan institusi perlu membekali karyawan yang akan berperan sebagai pemengaruh internal dengan beberapa skill.
“Salah satu skill yang harus dimiliki adalah menjadi seorang digital storyteller yang mampu menulis dan membangun kisah yang menyentuh dan menarik perhatian publik. Selain itu seorang pemengaruh internal harus memiliki attitude yang baik saat menggunakan media sosial, mengingat warganet saat ini dapat menelusuri jejak digital (digital footprint) setiap pemilik akun di media sosial.” Ucapnya.
Menurut Yuni mau bagaimanapun, reputasi baik dari seorang pemengaruh internal menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki karena mereka menjadi representasi perusahaan atau institusinya.
“Hal tersebut agar bisa memiliki pemengaruh internal yang senantiasa bisa membantu perusahaan atau institusi, di saat normal maupun krisis, maka tugas kami (dalam hal ini public relations), untuk senantiasa merangkul dengan memberikan pengarahan, pelatihan hingga dukungan informasi terkait program perusahaan atau kampanye PR yang harus disampaikan ke publik.” Jelasnya.
Menurut Hadi Purnama, M,Si. Selaku dosen pengampu mata kuliah Hubungan Masyarakat Digital 2, agenda ini merupakan kegiatan rutin yang digelar prodi hubungan masyarakat, dengan mengundang para praktisi menjadi dosen tamu untuk berbagi pengalaman dalam dunia kerja, sekaligus berdiskusi seputar implementasi Digital Public Relations di dunia kerja.
“Kegiatan ini merupakan bekal untuk teman teman mahasiswa dalam mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia kerja, diharapkan melalui kegiatan ini mahasiswa mendapat gambaran konkrit tentang dunia kerja, dan kami dapat meng update implementasi Digital PR di korporasi dan institusi.”Ucapnya.