BANDUNG, Telkom University – Tim Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) Telkom University (Tel-U) menggelar Program Digital-Preneur Sukses Mandiri (DIGI-SM) kepada 50 usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kabupaten Bandung. Kegiatan ini merupakan kolaborasi pentahelix dari kalangan akademisi (Tel-U); pemerintah (Disperindag), industri & masyarakat (pelaku UMKM), komunitas (Perkumpulan Pengusaha Karsa Mandiri Kabupaten Bandung) dan media.
Rektor Telkom University Prof. Dr. Adiwijaya mengatakan, program ini sebagai bagian dari wujud program GNRM yang telah dicanangkan oleh Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bekerja sama dengan Forum Rektor Indonesia. Program GNRM Tel-U menekankan pada proses digitalisasi UMKM, dimana para UMKM dibekali dengan pemahaman terkait digital people, digital marketing, digital finance dan digital business.
“Ada 50 UMKM tentunya dengan berbagai macam produk. Kabupaten Bandung memiliki 15.000 UMKM, namun demikian kami capture dulu pilot project untuk 50 (UMKM). Insya Allah ini juga tidak akan terhenti hanya sekadar program hari ini,” ujar Adiwijaya dalam konferensi pers pelatihan DIGI-SM yang digelar selama tiga hari (Selasa-Kamis (13-15/9)) di Telkom University.
Menurut Adiwijaya, Program Digi-SM ini selaras dengan tema besar GNRM 2022 “Bangkit Pasca Pandemi” serta arah kegiatan Pengabdian Masyarakat Telkom University dalam pembentukan digital society dan mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs merupakan rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
Adiwijaya menuturkan, para pelaku UMKM mempelajari penggunaan media sosial kemudian diharapkan bisa memiliki pasarnya di dunia maya. “Jadi, misalkan akses media sosial biasanya sudah ada juga seperti itu ya tapi lebih jauh bagaimana melakukan analitik terhadap media sosial itu. Misalkan, yang mengakses UMKM itu, yang memberikan komen itu ada di daerah mana sih,” tambah Adiwijaya.
Menurut Adiwijaya, para pelaku usaha bisa meningkatkan daya saing, salah satunya dengan mempelajari bagaimana cara memahami customer experience menjadi data. “Seperti itu nanti tindak lanjutnya akan diajarkan juga, supaya mereka terus bisa berkembang tidak sekadar menjual produk produk itu di kawasan lokal saja tapi lebih luas,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kabupaten Bandung Dicky Anugrah mengatakan, para pelaku UMKM membutuhkan sesuatu yang harus difasilitasi. Kemudian masalah regulasinya tetap diberdayakan. “Kemudian adanya peningkatan daya saing daerah dengan peningkatan kualitas produksi UMKM nya, dari mulai dari sisi aspek labeling, sertifikasi, legalitas, dan juga pemasarannya. Tentunya di era digital ini, digitalisasi entrepreneur ini sangat dibutuhkan oleh para pelaku UMKM.
Dicky mengklaim pihaknya telah mengakomodir kebutuhan-kebutuhan para pelaku UMKM. Di antaranya tentang digitalisasi manajemen UMKM. “Jadi, alhamdulillah jadi memang untuk peningkatan daya saing, semuanya kita harapkan bersinergi, apa yang diinginkan oleh pelaku UMKM kita wujudkan secara bertahap tentunya,” tuturnya.
Ketua Perkumpulan Pengusaha Karsa Mandiri, Danny mengatakan pelatihan digitalisasi tersebut bisa membantu para UMKM yang ada di Kabupaten Bandung. Apalagi beberapa fasilitasnya dibantu langsung oleh Disperdagin Kabupaten Bandung. “Dari adanya pelatihan digitalisasi ini kami dari pelaku UMKM sangat terbantu. Terutama dari sisi berbagai macam fasilitas,” katanya.
“Saat ini ada KTP-nya para pelaku usaha yang disebut dengan NIB (nomer induk berusaha), ini kan gratis difasilitasi. Kemudian HaKI juga difasilitasi secara gratis oleh Disperdagin. Sertifikasi halal juga sama, kemudian seluruh perangkat untuk kita jualan, atau upgrading dari pedagang bisa difasilitasi oleh Disperdagin,” tambahnya.
Dia menambahkan pada saat pandemi COVID-19 para pelaku UMKM sempat terkendala penjualan secara offline. Sehingga menurutnya saat ini memerlukan pelatihan digitalisasi tersebut. “Berbicara digital, apalagi kemarin kita mengalami pandemi COVID-19, penjualan offline sangat dibatasi. Kemudian kita butuh pengetahuan yang utuh tentang seperti apa dunia digital,” pungkasnya. (***)