Telkom University – Bandung Techno Park menyelenggarakan acara BTP Talk 12 dengan mengusung tema ‘Serverless Architecture: How To Build Scalable Application, With Less-Cost (Or Even Free)’. Acara ini menghadirkan pembicara Adi W. Suandharu selaku IT Consultant. Acara BTP Talk ini terbuka untuk umum dan diselenggarakan melalui aplikasi Zoom pada Kamis (25/2).
Dalam acara tersebut, Adi Suandharu menjelaskan bahwa pada dunia startup, kita sangat concern terhadap cost. Hal tersebut karena biasanya dalam membuat software atau aplikasi kita perlu modal sendiri karena tidak langsung memiliki investor atau pemodal. Sebisa mungkin cost yang dikeluarkan itu tidak terlalu besar dan harus seefisien mungkin.
“Ketika kita akan launching sebuah aplikasi, kita harus memperkirakan seberapa banyak orang yang akan mengakses. Kita harus melakukan estimasi itu sehingga kita dapat menentukan kita akan men-deploy server sebesar apa,” ucapnya.
Adhi mengakatakan bahwa kebanyakan dari pelaku startup tidak dapat menentukan estimasi tersebut dengan baik. Hal tersebut berpengaruh pada cost yang dikeluarkan, semakin besar server yang kita deploy maka semakin besar juga cost yang dikeluarkan dan sebaliknya.
Selain itu, kebanyak dari startup juga belum memiki DevOps Team, yaitu tim yang khusus untuk server maintain. Server yang dimaksud merupakan infrastruktur tempat kita meletakkan aplikasi tersebut, sehingga harus ada tim yang ahli yang me-maintain server ini karena server ini tidak dapat berjalan sendiri.
“Dengan menentukan estimasi yang tepat dan penggunaan server yang optimal, kita dapat mengatur cost yang dibutuhkan,” ucapnya.
Pada acara ini juga dilaksanakan sosialisasi WRAP Entrepreneurship yang dipresentasikan oleh Eko Rahayu selaku Asman Inkubasi Bisnis & Entrepreneurship. WRAP Entrepreneurship merupakan bagian dari Program Kampus Merdeka Merdeka Belajar dari Kemendikbud. Terdapat delapan pembelajaran di luar kampus yaitu magang/praktik industri, proyek di desa, pertukaran pelajar, penelitian/riset, studi/proyek independen, proyek kemahasiswaan, mengajar di sekolah dan wirausaha.
“Jadi mahasiswa dapat melakukan wirausaha sambil kuliah dan usaha tersebut diakui SKS-nya, mahasiswa dapat mengembangkan kegiatan kewirausahaan secara mandiri dibuktikan dengan penjelasan atau proposal kegiatan kewirausahaan dan bukti transaksi konsumen atau slip gaji pegawai. Kegiatan ini wajib dibimbing oleh seorang dosen atau pengajar,” ucapnya.
Ada beberapa tahapan yang diterapkan pada kurikulum entrepreneurship yaitu finding idea, idea validation, product validation dan business model validation. Tahapan tersebut dilaksanakan selama dua semester pada tingkat akhir yang terdiri dari 18 SKS.
Kelas WRAP Entrepreneurship ini merupakan kelas campuran dari seluruh program studi. Setiap kelas terdiri dari sekitar 40 mahasiswa. Setiap anggota tim bisnis harus mempresentasikan kemampuannya sebagai teknis, bisnis atau desain. Bentuk perkuliahannya sendiri merupakan praktik kewirausahaan (membangun Startup) dan kelas akan didampingi oleh dosen pengampu sesuai dengan bidang keilmuan mata kuliah yang diberikan dari berbagai fakultas dan mentor-mentor praktisi yang ahli dibidangnya.
Sebagai kampus swasta terbaik no.1 di Indonesia, Telkom University memiliki visi menjadi Research and Entrepreneurial University 2023. Melalui program ini diharapkan mampu mencapai visi Telkom University tersebut.