Kenali Perilaku Seksual Berisiko dan Upaya Menghindarinya 

Kenali Perilaku Seksual Berisiko dan Upaya Menghindarinya 

Telkom University – Perilaku seksual berisiko atau risk sexual behavior (RSB) merupakan tindakan seksual yang dapat merugikan dan mengakibatkan dampak negatif yang tidak diharapkan. Perilaku seksual berisiko yang dilakukan remaja dapat menimbulkan dampak yang fatal bagi dirinya sendiri ataupun pasangannya. Contoh perilaku seksual berisiko yang dapat membawa dampak negatif bagi pelakunya dapat berupa berpacaran, ciuman bibir dan melakukan hubungan seksual. Berbagai dampak dari perilaku seksual berisiko pada remaja ialah, kehamilan tidak diinginkan yang dapat memicu terjadinya pernikahan usia dini, bahkan aborsi yang tidak aman, pembunuhan bayi, IMS dan HIV/AIDS, hingga berujung kematian.

Faktor-faktor yang mendorong perilaku seksual berisiko antara lain faktor pribadi, keluarga, dan sosial, terutama pengaruh teman sebaya. Pada faktor pribadi, keputusan melakukan perilaku seksual berisiko dipengaruhi oleh jenis kelamin. Remaja perempuan cenderung memiliki pengendalian diri yang lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki. Remaja laki-laki merasa lebih bebas mengambil risiko seksual karena mereka tidak mengalami risiko kehamilan. Namun, risiko tersebut dapat mempengaruhi baik remaja laki-laki maupun perempuan. Faktor pribadi lainnya meliputi penggunaan alkohol, tingkat pendidikan, serta kurangnya pendidikan seks yang tepat dan informasi yang salah tentang seksualitas. 

Faktor keluarga juga memiliki peran besar dalam perilaku seksual berisiko. Hal ini berkaitan dengan fungsi keluarga, hubungan antar anggota keluarga, dan metode pengasuhan anak. Keluarga dengan orang tua yang memiliki kesibukan tinggi, kurangnya keterlibatan dalam agama, serta berpendapatan rendah dapat meningkatkan risiko perilaku seksual berisiko pada remaja.  

Terakhir, faktor sosial seperti faktor teman sebaya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan sekolah dan masyarakat turut mempengaruhi perilaku seksual berisiko. Afiliasi dengan teman sebaya yang menyimpang adalah faktor lain yang memiliki kaitan dengan perilaku seksual berisiko yang tinggi di masyarakat.  

Bagi remaja laki-laki perilaku seksual berisiko dapat mengakibatkan berbagai risiko penyakit kelamin. Sedangkan bagi perempuan, selain berpotensi tertular penyakit kelamin, umumnya mereka juga mengalami perasaan trauma hingga depresi. Kehamilan yang mungkin timbul dari hubungan seksual berisiko dapat berbahaya bagi organ reproduksi perempuan. Menurut data BKKBN tahun 2018, diperkirakan terdapat 1 juta jiwa di Indonesia yang mengalami kehamilan di luar nikah, sedangkan secara global diperkirakan 15 juta remaja hamil setiap tahunnya, dengan enam puluh persen di antaranya hamil di luar nikah. 

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perilaku seksual berisiko juga dipengaruhi dengan nilai agama yang dipegang. Penelitian Perera dan Abeysena (2018) menunjukkan bahwa remaja di Sri Lanka yang sering terlibat dalam kegiatan keagamaan dan berpegang kuat pada nilai-nilai agama sebagai bagian dalam kehidupannya, memiliki kemungkinan 1,5 kali lebih kecil untuk terlibat dalam perilaku seksual berisiko tinggi. Sebaliknya, mereka yang memiliki nilai agama dan religi rendah memiliki kemungkinan terlibat perilaku seksual berisiko yang lebih tinggi.  

Pengetahuan dan dukungan yang memadai sebetulnya dapat menjadi langkah preventif dari perilaku seksual berisiko. Remaja yang memiliki pengetahuan akurat tentang seksualitas serta mendapatkan dukungan memadai dari orang tua cenderung memiliki perilaku seksual yang lebih sehat. Orang tua berperan besar dalam proses penyampaian pesan yang dapat mencegah terjadinya perilaku seksual berisiko. Pada penelitian Isnaini dan Ramadhana (2021), orang tua berperan serta memberikan kenyamanan pada remaja agar tidak ada jarak yang tercipta satu sama lain, memosisikan diri sebagai teman pada anak remajanya, dan menyampaikan kewaspadaan. Orang tua dapat berperan dalam memberikan perhatian serta mendampingi anak untuk melewati masa remajanya. Dengan begitu, remaja memiliki kesan positif tentang pemahaman seksualitas. 

Peran serta orang tua dalam proses penyampaian pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang tua berperan serta memberikan kenyamanan pada remaja agar tidak ada jarak yang tercipta satu sama lain dengan memosisikan peran ibu sebagai teman pada anak remajanya, peran serta orang tua yang lain yaitu dengan menyampaikan kewaspadaan. Peran orang tua meliputi memberikan perhatian kepada anak serta mendampingi anak untuk melewati masa remajanya. Sehingga, remaja memiliki kesan positif tentang pemahaman seksualitas. 

Komunikasi dengan orang tua dalam pencegahan kekerasan seksual dapat dilihat dari proses interaksi dan komunikasi yang dilakukan dalam kegiatan sehari-harinya. Interaksi yang dilakukan antara orang tua dan remaja dalam pencegahan kekerasan seksual dimulai dari adanya pesan edukasi seks, adanya keterbukaan dalam berbagai hal terutama dalam edukasi seks, hingga proses penyampaian pesan edukasi seks dari orang tua itu sendiri. Cara penyampaian pendidikan seks yang disampaikan oleh orang tua, yaitu dengan memberikan pemahaman mengenai privasi bagian tubuh, cara merawat tubuh hingga menjelaskan dampak positif dan negatif berhubungan dengan lawan jenis. Hal ini harus disampaikan sejak dini sehingga saat anak mencapai usia eksplorasi, mereka telah memiliki landasan kuat yang telah dibekali oleh orang tua. 

Dengan demikian, sebagai manusia dewasa yang memiliki tanggung jawab atas diri sendiri dan memiliki kesadaran penuh atas kontrol yang dimiliki, sudah seharusnya kita bijak untuk menghindari perilaku seksual berisiko. Nilai-nilai agama adalah landasan bagi individu agar dapat mengendalikan perilaku. Pengendalian diri akan terbentuk bilamana individu mampu melakukan kontrol atas emosi dan nilai agama yang dipegang. Kemampuan itulah yang akan membantu diri untuk mengantisipasi dampak yang akan terjadi dari perilaku seksual berisiko sebelum tindakan tersebut dilakukan. 

Penulis: Aqila Zahra Qonita | Editor: Adrian Wiranata | Foto: Pixabay 

Referensi: 

Alimoradi Z PhD Candidate, Kariman N PhD, Simbar M PhD, Ahmadi F PhD. Contributing Factors to High-Risk Sexual Behaviors among Iranian Adolescent Girls: A Systematic Review. Int J Community Based Nurs Midwifery. 2017 Jan;5(1):2-12. PMID: 28097173; PMCID: PMC5219561. 

Jahanfar S, Pashaei Z. Sexual attitudes and associated factors of risky sexual behaviors among university students. Brain Behav. 2022 Aug;12(8):e2698. doi: 10.1002/brb3.2698. Epub 2022 Jul 8. PMID: 35801345; PMCID: PMC9392532. 

Perera, U. A. P., & Abeysena, C. (2018). Prevalence and associated factors of risky sexual behaviors among undergraduate students in state universities of Western Province in Sri Lanka: A descriptive cross sectional study. Reproductive Health, 15(1), 105. 

Widarini, Ni Wayan (2022) GAMBARAN PERILAKU SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA DI DESA BAJERA KECAMATAN SELEMADEG KABUPATEN TABANAN BALI TAHUN 2022.  http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/id/eprint/10146 

Zakia F, Maulana R. PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA DAN REMAJA DALAM PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL (Studi Pada Keluarga Rentan Di Kabupaten Sukabumi). e-Proceeding of Management : Vol.8, No.4 Agustus 2021 | Page 4065. ISSN : 2355-9357 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *