Telkom University – Seperti apa yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagamannya. Bentuk keberagaman tersebut meliputi suku, agama dan kepercayaan, ras, bahasa, hingga adat dan istiadat. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa adanya keberagaman ini dapat memicu konflik. Konflik inilah yang dapat menyebabkan tindakan yang bertentangan dengan nilai dan norma sosial, atau yang sering kita sebut sebagai penyimpangan sosial.
Salah satu hal yang dapat mencegah penyimpangan sosial ini adalah sifat Represif. Cara ini dilakukan ketika konflik sudah terjadi. Biasa upaya represif ini dilakukan oleh individu, kelompok, atau pemerintah, untuk mengatur masyarakat dengan bentuk tekanan, kekangan, atau penindasan. Sebenarnya, apa saja yang termasuk tindakan represif?. Dalam artikel ini, kita akan membahas mulai dari pengertian, jenis, hingga bentuk represif dalam sistem pengendalian sosial.
Apa itu Represif?
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan upaya Represif sebagai upaya yang bersifat represi (menekan, mengekang, menahan atau menindas, dan bersifat menyembuhkan). Sederhananya, upaya represif memiliki tujuan untuk mengembalikan keserasian yang terganggu akibat adanya konflik atau penyimpangan. Maka, dengan upaya represif ini, harapannya konflik yang sudah terjadi segera berhenti, dan tidak berlanjut ke konflik yang lebih besar.
Jenis Represif
Terdapat 4 jenis tindakan represif, mengutip Sartono Katodirdjo dalam buku Masyarakat dan Kelompok Sosial. Diantaranya adalah:
1. Tindakan Pribadi
Untuk tindakan ini umumnya dilakukan oleh individu atau tokoh yang menjadi panutan. Pengaruh tersebut bisa bersifat baik, bisa juga bersifat buruk. Sebagai contohnya adalah di saat seorang menteri pendidikan membei wejangan untuk memaksimalkan masa perkuliahan guna tercapainya cita-cita.
2. Tindakan Institusional
Pengendalian sosial represi dalam bentuk tindakan Institusional umumnya terjadi jika pengaruh tersebut timbul dari suatu institusi atau lembaga. Lembaga mengawasi anggota dalam lembaga tersebut sekaligus berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang termasuk dalam kewenangan lembaga tersebut.
Misalnya, Telkom University (Tel-U) memiliki Culture Based Education yakni Harmony, Excellent, Integrity (HEI) yang memiliki arti dari masing-masing poin. Dengan adanya Peran Landasan Budaya ini, diharapkannya seluruh ekosistem pendidikan baik dari sisi pengajar dan peserta didik dapat terarah dan berkarakter.
3. Tindakan Resmi
Tindakan represif resmi terjadi di saat pengendalian atau pengawasan sosial dilakukan oleh lembaga resmi negara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tindakan ini dilengkapi sanksi yang jelas dan meningkat. Sebagai contohnya, aparat hukum mengawasi ketaatan hukum warga negara. Apabila warga melanggar, maka akan diberikan sanksi sesuai dengan wewenang yang sudah ditetapkan melalui jalur hukum.
4. Tindakan Tidak Resmi
Tindakan represif tidak resmi terjadi di mana pengendalian atau pengawasan sosial dilakukan tanpa rumusan aturan serta sanksi hukum yang jelas. Tindakan represif tidak resmi biasanya dilakukan oleh tokoh masyarakat, tokoh agama, atau tokoh adat yang dipercaya masyarakat secara luas. Misaalnya sanksi sosial berupa dikucilkan atau diusir dari suatu lingkungan.
Dua Cara Tindakan Represif yang Dapat Dilakukan
1. Persuasif
Persuasif merupakan bentuk pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara membujuk atau megarahkan individu atau masyarakat agar patuh terhadap nilai-nilai sosial dan norma yang berlaku.
Contoh-contoh tindakan represif persuasif:
- Seorang guru BK yang menegur muridnya karena melanggar tata tertib.
- Seorang guru menasihati muridnya untuk belajar lebih giat lagi dan mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu agar bisa mendapakan nilai yang memuaskan.
2. Koersif
Koersif merupakan bentuk pengendalian sosial dengan kekerasan atau paksaan, biasanya dalam bentuk hukuman ringan kepada pelaku penyimpangan sosial baik dalam bentuk psikis maupun psikis. Akan tetapi, dengan menggunakan cara ini, terdapat kosekuensi seperti reaksi negatif dari pihak lain.
Contoh-contoh tindakan represif koersif:
- Polantas memberikan surat tilang kepada pengendara yang melanggar pengaturan.
- Seorang guru memberikan hukum kepada mahasiswa yang tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) nya.
- Gaji seorang karyawan dipotong karena tidak mengikut peraturan yang sudah ditetapkan perusahaan.
Sifat Pengendalian Sosial Lainnya
Selain pengendalian sosial represif, ada dua sifat pengendalian sosial lainnya, yakni preventif dan kuratif. Berikut penjelasan singkatnya:
1. Pengendalian Sosial Preventif
Walapun sama-sama memiliki tujuan pengendalian sosial, untuk pengendalian sosial preventif berbeda dengan pengendalian sosial represif. Pengendalian sosial preventif merupakan jenis pengendalian sosial yang memiliki tujuan untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran terhadap norma dan nilai sosial yang berlaku. Misalnya, orang tua memberi nasihat kepada anaknya untuk segera pulang ke rumah setelah jam sekolah. Tujuannya agar terhindar dari kejahatan seperti penculikan, tawuran pelajar, dan hal lainnya.
2. Pengendalian Sosial Kuratif
Pengendalian Sosial Kuratif merupakan pengendalian sosial yang dilakukan di saat terjadi penyimpangan sosial. Tujuannya adalah untuk memulihkan keadaan seperti sebelum terjadi sebuah penyimpangan sosial. Sebagai contohnya adalah seseorang yang ingkar janji untuk membayar hutang, lalu diadukan ke pengadilan serta dijatuhi hukuman untuk membayar hutang serta dendanya.
Begitulah penjelasan mengenai pengendalian sosial di lingkungan kita. Jadi, tindakan Represif mana aja yang sudah sering kamu lihat?
Penulis: Adinda Cantika Putri | Editor: Adrian Wiranata | Foto: Public Relations