Meningkatkan Ketakwaan dengan Puasa Tasu’a dan Asyura, Serta Keutamaannya!

Meningkatkan Ketakwaan dengan Puasa Tasu’a dan Asyura Serta Keutamaannya!

Telkom University – Puasa merupakan salah satu ibadah yang memiliki tempat istimewa dalam ajaran Islam. Selain puasa wajib di bulan Ramadan, terdapat juga puasa sunnah yang memiliki keutamaan tersendiri. Di antara puasa sunnah tersebut, Puasa Tasu’a dan Asyura adalah dua ibadah yang memiliki nilai spiritual yang tinggi. Kedua puasa ini dilakukan pada tanggal 9 dan 10 Muharram dalam kalender Hijriah, bulan yang memiliki makna penting bagi umat Islam.

Keutamaan Puasa Tasu’a dan Asyura

Puasa dalam Islam bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan juga bentuk pengabdian dan pendekatan diri kepada Allah SWT. Di antara berbagai puasa sunnah yang dianjurkan, Puasa Tasu’a dan Asyura menempati tempat istimewa karena tidak hanya mengandung nilai spiritual tinggi, tetapi juga kaya keutamaannya. Kedua puasa ini memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk meraih pahala besar serta menghapus dosa-dosa setahun yang lalu. Berikut adalah ulasan lengkap keutamaan dari puasa ini :

1. Pengampunan Dosa

Puasa Asyura, yang dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram, memiliki keutamaan yang sangat istimewa dalam Islam. Keutamaan ini tidak hanya mencakup aspek spiritual, tetapi juga memberikan pengaruh positif yang besar bagi kehidupan seorang Muslim. Salah satu keutamaan terbesar dari Puasa Asyura adalah pengampunan dosa-dosa kecil yang telah dilakukan selama satu tahun sebelumnya.

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Puasa hari Asyura, saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu.” Pernyataan ini menegaskan bahwa berpuasa pada hari Asyura memiliki potensi untuk menghapuskan dosa-dosa kecil yang dilakukan selama satu tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan betapa besar nilai dan pahala yang dapat diperoleh dari melaksanakan puasa ini.

2. Menambah Kebaikan

Melaksanakan Puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram merupakan sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Selain Puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram, Puasa Tasu’a menjadi bagian penting dari praktik ibadah sunnah di bulan Muharram. Rasulullah SAW sendiri menekankan pentingnya puasa ini dalam sabda beliau: “Jika aku masih hidup hingga tahun depan, aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Tasu’a) dan kesepuluh (Asyura).” Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya menambahkan Puasa Tasu’a sebagai bentuk kesempurnaan ibadah sunnah di bulan Muharram.

3. Meningkatkan Kesadaran Spiritual

Puasa Tasu’a dan Asyura adalah ibadah yang tidak hanya menawarkan pahala besar, tetapi juga merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk memperdalam kesadaran spiritual dan koneksi dengan Allah SWT. Kedua puasa ini memberikan ruang untuk introspeksi, memperbanyak doa, dan meningkatkan ibadah, yang semuanya membantu membersihkan hati dan pikiran, serta mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

4. Meneneladani Nabi Musa AS

Puasa Asyura memiliki makna historis yang sangat penting dalam Islam, yang terkait erat dengan peristiwa besar yang melibatkan Nabi Musa AS dan Bani Israil. Pada hari Asyura, Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS dan Bani Israil dari kejaran Firaun dan tentaranya. Peristiwa ini tidak hanya menjadi tonggak sejarah bagi umat Islam, tetapi juga mengandung nilai-nilai spiritual dan moral yang mendalam. Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada hari Asyura sebagai bentuk syukur atas keselamatan Nabi Musa AS, mengingatkan kita akan kebesaran Allah dan pentingnya meneladani Nabi Musa AS.

5. Solidaritas Sesama Umat Muslim

Melaksanakan puasa Tasu’a dan Asyura tidak hanya merupakan ibadah yang penuh dengan keutamaan spiritual, tetapi juga menjadi wujud nyata solidaritas dan persaudaraan di antara umat Muslim di seluruh dunia. Pada hari-hari tersebut, jutaan Muslim dari berbagai latar belakang dan budaya berkumpul dalam niat dan amalan yang sama, menciptakan rasa kebersamaan dan persaudaraan yang mendalam. Puasa ini menjadi momen untuk merasakan kesatuan dalam iman dan mendoakan kebaikan serta keselamatan bagi sesama Muslim di berbagai belahan dunia.

Niat Puasa Tasu’a dan Asyura

Untuk melaksanakan puasa Tasua dan Asyura dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan, seorang Muslim dianjurkan untuk mempersiapkan diri baik secara fisik maupun spiritual. Persiapan ini mencakup peningkatan ibadah, memperbanyak doa, dan membaca Al-Quran sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan untuk puasa ini harus dimulai dengan niat puasanya.

Niat Puasa Tasu’a (9 Muharram):

Niat puasa Tasua dilakukan pada malam sebelumnya atau pada pagi hari sebelum waktu Dzuhur. Bahasa Arab yang digunakan untuk niat puasa Tasua adalah:

Nawaitu shauma yaumi tasu’a sunnatan lillahi ta’ala

Artinya: “Saya niat berpuasa pada hari Tasua, sunnah karena Allah Ta’ala.”

Niat Puasa Asyura (10 Muharram):

Sementara itu, niat puasa Asyura juga dilakukan pada malam sebelumnya atau pada pagi hari sebelum waktu Dzuhur. Bahasa Arab yang digunakan adalah:

Nawaitu shauma yaumi ‘asyura sunnatan lillahi ta’ala

Artinya: “Saya niat berpuasa pada hari Asyura, sunnah karena Allah Ta’ala.

Pemanfaatan Momen untuk Sivitas Akademika Telkom University

Bagi sivitas akademika Telkom University, momen puasa Tasu’a dan Asyura harus dimanfaatkan dengan baik. Ini adalah kesempatan untuk memperdalam nilai-nilai spiritual, meningkatkan solidaritas di antara sesama, dan menguatkan kualitas kepemimpinan berbasis keimanan. Dengan memahami dan menghayati makna puasa ini, diharapkan kita semua dapat menjadi pribadi yang lebih baik, lebih berempati, dan lebih berkontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Dengan mempersiapkan diri secara fisik dan spiritual, serta menghayati nilai-nilai keutamaan dan sejarah di balik puasa Tasua dan Asyura, diharapkan umat Islam dapat menjalankannya dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. Semoga puasa ini membawa keberkahan dan ampunan dari Allah SWT, serta memberikan kita semua kekuatan dan kesempatan untuk terus meningkatkan kualitas iman dan ibadah kita.

Penulis: Muhammad Ridha | Editor: Adrian Wiranata | Foto: Pixabay

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *