Bandung – P5 Kurikulum Merdeka adalah singkatan dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Sebuah gagasan untuk meningkatkan karakter dan kemampuan berlandaskan pembelajaran yang bertujuan memperkuat nilai-nilai luhur Pancasila dalam proses pendidikan. Perkuatan nilai-nilai luhur pancasila ini dibangun melalui beberapa program seperti pembelajaran, pendidikan, ekstrakurikuler, maupun pembelajaran intrakurikuler (muatan pelajaran kegiatan).
P5 Kurikulum Merdeka menjadi sebuah inovasi penting dalam sistem pendidikan Indonesia yang bertujuan membentuk karakter dan kompetensi pelajar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Artikel ini akan mengulas secara mendalam mengenai apa itu P5 Kurikulum Merdeka, manfaat, contoh dalam kurikulum, kunci sukses, hingga prinsip belajar dalam P5.
Apa Itu P5 Kurikulum Merdeka
P5 adalah singkatan dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, sebuah konsep yang dirancang untuk meningkatkan karakter dan kemampuan siswa melalui pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada penguatan nilai-nilai luhur Pancasila.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dirancang untuk menghasilkan peserta didik yang Kompeten secara akademik, Berkarakter kuat sesuai nilai Pancasila dan Mampu berperilaku sebagai warga negara yang baik dan warga dunia yang bertanggung jawab.
P5 Kurikulum Merdeka bukan hanya sekedar program pembelajaran biasa, tapi sebuah upaya menyeluruh dalam pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam berbagai aspek kegiatan belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kurikulum formal. Pendekatan ini bertujuan agar siswa tidak hanya menguasai materi akademik, tetapi juga berkembang menjadi pribadi yang berkarakter dan beretika sesuai dengan semangat Pancasila.
Perlunya P5 Kurikulum Merdeka
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menghadapi tantangan serius terkait memburuknya karakter peserta didik, yang ditandai dengan meningkatnya kasus perundungan di lingkungan sekolah, munculnya paham radikalisme, tindakan intoleransi, serta menurunnya sikap hormat terhadap guru dan orang tua. Fenomena ini mencerminkan perlunya penguatan pendidikan karakter yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.
Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat bahwa dalam rentang waktu sembilan tahun, yaitu dari tahun 2011 hingga 2019, terjadi peningkatan laporan kasus kekerasan terhadap anak yaitu mencapai 37.381 laporan. Dari total laporan tersebut, terdapat 2.473 kasus perundungan (bullying) yang terjadi baik di lingkungan pendidikan maupun melalui media sosial. Angka ini juga menunjukkan tren yang terus meningkat dari waktu ke waktu dan menunjukkan bahwa perundungan bukanlah permasalahan sepele yang bisa diabaikan. Sehingga penting bagi dunia pendidikan untuk segera mengambil langkah konkret dalam melakukan pencegahan terhadap kasus kekerasan di lingkungan sekolah maupun dalam interaksi digital.
Hal ini menjadi bukti bahwa pembelajaran akademik semata tidak cukup, perlu adanya peningkatan pembelajaran karakter berbasis pengalaman dan nilai untuk memperkuat nilai dan moral suatu individu dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat yang berintegritas, peduli, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, sesama, serta lingkungannya.
Sistem pendidikan Indonesia selama bertahun-tahun dianggap terlalu menekankan pada aspek akademik atau nilai-nilai kognitif, sehingga peserta didik dinilai berdasarkan hafalan, bukan pemahaman, kreativitas, dan penerapan. Contoh kasus: banyak siswa mampu mengerjakan soal ujian dengan baik, tetapi tidak mampu menerapkan nilai toleransi, gotong royong, atau etika di kehidupan sehari-hari. Ini menciptakan kesenjangan antara nilai akademik dan perilaku nyata. Masih banyak pelajar yang tidak memiliki kepekaan sosial dan empati terhadap kondisi masyarakat di sekitarnya
Hal inilah yang membuat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia kemudian merumuskan gagasan pengembangan P5 Kurikulum Merdeka. Sebuah langkah transformasi pendidikan nasional. Langkah ini diambil sebagai respons atas kebutuhan akan pendekatan pembelajaran yang lebih kontekstual, kolaboratif, dan berbasis projek dalam membentuk generasi muda yang tangguh, adaptif, dan berkarakter.
Hal ini juga sejalan dengan gagasan salah satu tokoh Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara yang menegaskan bahwa keseimbangan antara pencapaian akademik dan pembentukan karakter peserta didik penting untuk ditanamkan. Ia meyakini bahwa pendidikan sejati tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan pikiran, tetapi juga membentuk watak dan kepribadian yang luhur agar peserta didik tumbuh sebagai manusia yang utuh dan berdaya bagi masyarakatnya.
P5 dihadirkan bukan sekadar untuk memperkenalkan peserta didik pada berbagai persoalan aktual, tetapi juga mengajak mereka terlibat langsung dalam upaya pemecahan masalah melalui penerapan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan nyata.
Tujuan P5 Kurikulum Merdeka
Tujuan utama dari P5 Kurikulum Merdeka adalah membentuk pelajar Indonesia yang:
1. Memiliki karakter yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki akhlak mulia.
2. Menjadi pribadi yang berkebinekaan global, menghargai keberagaman budaya bangsa dan dunia.
3. Mengembangkan sikap bergotong-royong serta kerja sama.
4. Bersikap mandiri dalam belajar dan bertindak.
5. Mampu berpikir bernalar kritis dan menganalisis masalah dengan baik.
6. Menjadi pribadi kreatif yang mampu menghasilkan solusi inovatif.
Selain itu, P5 Kurikulum Merdeka juga mempersiapkan pelajar agar memiliki kemampuan untuk berkontribusi dalam pembangunan global yang berkelanjutan dan menghadapi revolusi industri 4.0 dengan berbagai tantangannya.
Manfaat P5 Kurikulum Merdeka
Program P5 kurikulum Merdeka bukan hanya mendatangkan manfaat bagi peserta didik namun juga untuk unit satuan Pendidikan termasuk para pendidik di Indonesia. Berikut beberapa manfaat yang diberikan terhadap adanya program P5 bagi peserta didik, tenaga pendidik dan unit satuan Pendidikan
Satuan Pendidikan
Bagi satuan pendidikan, penerapan P5 Kurikulum Merdeka memiliki peran penting dalam membangun ekosistem pendidikan yang lebih baik. Satuan pendidikan diharapkan tidak hanya menjadi institusi yang tertutup dan eksklusif saja, namun lebih dari itu menjadi ruang yang mampu menghubungkan partisipasi aktif dari masyarakat, orang tua, serta berbagai pihak terkait dalam proses pendidikan.
Dengan demikian, satuan Pendidikan seperti sekolah dan universitas tidak hanya menjadi tempat belajar bagi siswa, tetapi tempat untuk membentuk organisasi yang berkontribusi nyata bagi lingkungan sekitar dengan menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila melalui keterlibatan dalam kegiatan proyek, penelitian, satuan Pendidikan. Harapannya kegiatan ini turut membangun budaya kolaboratif yang berdampak langsung terhadap komunitas lokal, sekaligus memperkuat nilai-nilai gotong royong dan kepedulian sosial di tengah masyarakat.
Tenaga Pendidik
Bagi tenaga pendidik, P5 dapat menciptakan ruang yang mampu mendukung pengembangan kompetensi serta penguatan karakter peserta didik. Program ini memungkinakan tenaga pendidik mampu secara kreatif merancang pembelajaran projek sehingga dapat meningkatkan kompetensi untuk memperkaya hasil pembelajaran.
Peserta Didik
Bagi peserta didik, P5 Kurikulum Merdeka dapat menjadi media untuk dapat mengembangkan kompetensi, kepemimpinan dan karakter dalam menghadapi tantangan zaman. Melalui projek, siswa dilatih aktif merancang pembelajaran, memecahkan masalah, serta menumbuhkan tanggung jawab sosial. Contohnya seperti pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai Pancasila, mampu untuk membentuk kepribadian peserta didik yang berkarakter, berintegritas, dan cinta tanah air.
Pembelajaran ini juga dapat meningkatkan kepekaan peserta terhadap rasa gotong royong, pengabdian masyarakat, kepedulian sosial, kemampuan berpikir kritis, dan berkontribusi aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Contoh P5 dalam Kurikulum Merdeka
Implementasi P5 Kurikulum Merdeka disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik pada masing-masing jenjang pendidikan sehingga bervariasi. Berikut ini adalah beberapa Contoh P5 dalam Kurikulum Merdeka yang bisa diaplikasikan pada tingkat TK, SMP, SMA, dan Universitas.
TK (Taman Kanak-Kanak)
1. Proyek Penguatan Sikap Gotong-Royong melalui Kebun Sekolah
2. Anak-anak TK melakukan kegiatan berkebun yang menerapkan sikap gotong royong dengan membagi individu menjadi beberapa tim. Melalui kegiatan ini, diharapkan mereka dapat belajar nilai gotong-royong, peduli lingkungan, serta mulai menanamkan rasa tanggung jawab sejak usia dini.
3. Projek Mengenal Keberagaman Budaya melalui Cerita dan Permainan Tradisional
Anak-anak dikenalkan dengan berbagai cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia dan diperkenalkan dengan berbagai permainan tradisional seperti congklak dan bakiak. Projek ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air melalui keberagaman budaya dengan metode yang menyenangkan bagi usia dini.
SMP (Sekolah Menengah Pertama)
1. Projek Kampanye Pengurangan Sampah Plastik di Sekolah
2. Siswa SMP melakukan riset terkait dampak sampah plastic bagi kebersihan lingkungan, p5 dalam diimplementasikan melalui aktivitas membuat poster kampanye, dan mengorganisir pengumpulan sampah daur ulang. Kegiatan ini mengasah sikap peduli lingkungan, kemampuan komunikasi, serta kerja sama tim.
3. Projek Kewirausahaan Sederhana dengan Produk Kerajinan Lokal
Siswa menjalani pembelajaran terkait kewirausahaan untuk membuat, merancang, dan memasarkan kerajinan tangan khas budaya lokal. Proyek ini berfungsi untuk mengembangkan keterampilan, kreativitas serta melatih kemandirian dan jiwa wirausaha.
SMA (Sekolah Menengah Atas)
1. Projek Simulasi Demokrasi dan Musyawarah Sekolah
2. Siswa SMA membentuk forum diskusi dan simulasi pemilihan ketua OSIS secara demokratis. Proses pemilihan OSIS mampu menciptakan kemampuan untuk berpikir kritis, memberi argumen, serta menanamkan pemahaman pentingnya demokrasi dan musyawarah dalam kehidupan berbangsa.
3. Projek Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran
Siswa diajak memanfaatkan teknologi untuk simulasi pembelajaran interaktif, seperti eksplorasi sejarah atau eksperimen ilmiah secara virtual. Projek ini mengasah kreativitas dan memperkuat kemampuan adaptasi terhadap perkembangan teknologi.
Universitas
1. Proyek Riset dan Pengabdian Masyarakat Berorientasi Nilai Pancasila
2. Mahasiswa melakukan riset pada isu sosial, lingkungan, atau budaya yang mengacu pada nilai Pancasila, contohnya seperti melihat sentiment public akan suatu fenomena yang terjadi atau mengimplementasikan hasilnya dalam program pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini dapat menciptakan kemampuan analisis, inovasi, dan rasa tanggung jawab sosial.
3. Proyek Pengembangan Start-Up dengan Prinsip Etika dan Inovasi Sosial
4. Mahasiswa didorong untuk menciptakan bisnis start-up yang berorientasi tidak hanya pada keuntungan, tetapi juga memberikan manfaat sosial sesuai nilai keadilan dan kemanusiaan dalam Pancasila. Projek ini menanamkan jiwa kewirausahaan yang beretika dan berkelanjutan.
Kunci Sukses P5 Kurikulum Merdeka
Agar P5 dapat berjalan sukses, beberapa prinsip penting perlu diterapkan:
- Kolaborasi antar pendidik: Guru dari berbagai mata pelajaran harus bekerja sama merancang dan melaksanakan projek yang komprehensif.
- Partisipasi aktif peserta didik: Siswa didorong untuk aktif menjadi pelaku pembelajaran, bukan sekadar penerima materi.
- Kerjasama dengan masyarakat: Pendidikan harus terbuka dan melibatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dan tempat praktek.
- Fleksibilitas dan adaptasi teknologi: Termasuk pemanfaatan teknologi mutakhir seperti metaverse untuk menunjang pembelajaran yang lebih menarik dan relevan dengan perkembangan global.
Dengan menerapkan kunci-kunci tersebut, pelaksanaan projek P5 dapat mendukung tercapainya visi pendidikan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian.
Baca Juga : Pengertian Angka Romawi
Prinsip P5 Kurikulum Merdeka Belajar
Pembelajaran dalam P5 Kurikulum Merdeka didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
Pendekatan Holistik
Pendekatan holistik dalam P5 menekankan pemahaman suatu tema secara menyeluruh dengan mengintegrasikan berbagai sudut pandang dan materi pembelajaran. Selain memperkuat isi pembelajaran, pendekatan ini juga menghubungkan peran siswa, guru, sekolah, dan masyarakat dalam pelaksanaan proyek.
Kontekstual
Prinsip kontekstual mengarahkan kegiatan belajar pada pengalaman dan situasi nyata yang dialami siswa sehari-hari. Proyek pembelajaran dirancang berdasarkan persoalan lokal agar materi yang dipelajari dapat diaplikasikan secara langsung dan memberi solusi pada masalah sekitar.
Bersifat Terpusat
Pembelajaran berpusat pada peserta didik berarti siswa aktif mengelola proses belajarnya sesuai minat dan kebutuhannya, sementara guru berperan sebagai fasilitator yang mendukung eksplorasi dan inisiatif siswa, sehingga mereka bisa tumbuh sebagai pembelajar mandiri yang kreatif dan kritis.
Eksploratif
Terakhir, prinsip eksploratif dan fleksibel membuka ruang luas bagi siswa untuk menggali dan mengembangkan ide secara bebas namun terstruktur, tanpa terikat kurikulum formal. Hal ini bertujuan mengasah kemampuan analisis, kreativitas, dan integrasi pengetahuan lewat pengalaman langsung.
Prinsip ini menjadikan P5 sebagai pijakan kuat untuk membentuk pelajar yang tidak hanya pintar, tetapi juga berbudi pekerti dan mampu bersaing dalam era global.
Kesimpulan
P5 Kurikulum Merdeka merupakan jawaban bagi Indonesia dalam menyiapkan generasi masa depan yang siap menghadapi tantangan kompleks abad 21. Dengan projek penguatan profil pelajar Pancasila, pendidikan Indonesia tidak hanya mentransfer ilmu, melainkan juga menanamkan nilai luhur dan menguatkan keterampilan holistik. Dari pelajaran P5 ini, pelajar diharapkan mampu bertumbuh menjadi insan yang kompeten, kreatif, dan berkarakter kuat, yang mampu beradaptasi dengan revolusi industri 4.0 dan metaverse yang semakin nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi
- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2022). Panduan pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan.
- Tamrin. (2023, September 22). Refleksi filosofis pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara. Kompasiana.
- Tim KPAI. (2020, 10 Februari). Sejumlah kasus bullying sudah warnai catatan masalah anak di awal 2020, begini kata Komisioner KPAI. Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Penulis : Meilina Eka Ayuningtyas | Editor : Abdullah Adnan | Foto : Meilina Eka Ayuningtyas