Simak Kisah Fajria, Wisudawan Berprestasi Terbaik I Bidang Inovasi dan Entrepreneurship Telkom University

Simak Kisah Fajria Wisudawan Berprestasi Terbaik I Bidang Inovasi dan Entrepreneurship Telkom University

Bandung, 3 Mei 2024 – Pernahkah kamu mendengar pepatah, ‘where there’s a will, there’s a way’? Keyakinan bahwa setiap ada kemauan pasti ada jalan tersebutlah yang dipegang oleh Wisudawan Berprestasi Terbaik I Bidang Inovasi dan Entrepreneurship pada Wisuda Periode II Telkom University TA 2023/2024 yang berlangsung pada Jumat (3/5) . Ia adalah Fajria Ramadhani, sosok gadis cantik yang memiliki mata tajam dan indera yang peka untuk melihat hal di sekitarnya sebagai peluang. 

Datang dari Tanah Minang membuat Fajria atau yang akrab dipanggil Fani, memiliki keinginan untuk mengeksplorasi Bandung sebagai tanah rantaunya. Tidak adanya kendaraan pribadi dan tingginya harga sewa motor yang ia temukan di internet, membuat Fani berpikir untuk menyewa motor milik penjaga kosnya. Hal itu ternyata menarik minat teman-temannya yang juga membutuhkan motor untuk berkeliling kota. Melihatnya sebagai peluang, Fani memutuskan untuk merintis bisnisnya yang bernama ‘SEMOYU’ atau ‘Sewa Motor Telyu’ pada November 2021 bermodalkan menyewakan motor milik penjaga kos yang ada di lingkungannya.

Awalnya, bisnis ini memang hanya menyasar konsumen yang ada di sekitar Kampus Telkom University. Namun, tingginya kebutuhan dan minat, membuat bisnis ini pun semakin berkembang dan mengubah namanya menjadi, ‘Sewa Motor Yu’. Perkembangan itu pun berlanjut dengan kerja sama yang mulai dikembangkan oleh Fani ke beberapa usaha rental. Sebagai media mengembangkan bisnisnya, Fani juga mengikuti perlombaan UI/UX Design. Dari perlombaan tersebutlah, nama Palala akhirnya muncul. 

“Palala itu dari Bahasa Minang, artinya orang yang suka jalan-jalan. Orang yang suka jalan-jalan kan butuh unit, nah, disitu mereka butuh Palala. Tapi sekarang makna ‘orang’ disini kita ganti jadi aset. Jadi bukan orang yang jalan-jalan, tapi aset itu yang berjalan dan berguna. Jadi Palala membantu aset ini biar produktif dan ga merugikan karena dibiarin gitu aja,” tutur Fani.

Ia menjelaskan bahwa Palala kali ini tidak hanya menyewakan motor. Palala memperluas bisnisnya dan bekerja sama dengan beberapa vendor. Tidak hanya motor, Palala menyewakan berbagai aset lain, seperti mobil, apartemen, kontrakan, kos, villa, alat elektronik, handphone, PS, peralatan grilllighting, hingga kursi. 

Bisnisnya tersebut dikembangkan dengan cara unik yang Fani lakukan. Bermodal motivasi yang ia peroleh dari hasil ‘nongkrong’-nya dengan bapak-bapak di pangkalan ojek, Fani yakin, bahwa identitasnya sebagai perempuan tidak akan menghalangi langkahnya. Fani dengan giat melihat peluang memperkenalkan Palala, salah satunya dengan menjadi supir taksi online ketika memiliki waktu luang. 

“Aku tuh kan emang ga bisa diem, ya, anaknya. Jadi, kemana pun pergi aku akan selalu ngenalin Palala sebagai anak aku. Salah satu caranya aku jadi supir gocar atau grab dan memperkenalkan Palala ke kustomerku. Dari situ aku malah kenal banyak orang yang punya aset dan akhirnya jadi mitra Palala,” jelas Fani dengan antusias. 

Mengingat pengalaman proposalnya yang banyak ditolak ketika diajukan ke perusahaan rental, Fani yakin bahwa model B2C tersebut adalah yang paling cocok untuk Palala. Penawaran langsung ke pemilik aset dan komunikasi yang dibangun secara personal membuat Fani lebih mengenal mitranya. Walaupun, dalam perjalanannya, berbagai tantangan kerap ia hadapi.

“Ya karena jasa sewa, nyewain barang ke orang ga dikenal, tantangannya pasti ada aja. Unit rusak, kecelakaan, ya ada lah ya. Bahkan kustomer yang gadai motor, mobil, sampai yang jual mobil yang disewa di kita juga ada, dan susah untuk kita handle. Manajemen risiko yang kita lakukan itu dengan pasang GPS di tiap unit, selain dari KTP dan jaminan sewa,” ungkap Fani.

Dalam kesempatan wawancara, Fani bahkan menyebutkan bahwa salah satu kejadian tidak mengenakkan tersebut baru saja terjadi sepekan sebelumnya. Di mana ia dan tim-nya harus mendatangi alamat kustomer untuk mengembalikan unit. Bahkan dalam momen lainnya ia terpaksa menebus unitnya yang dijaminkan oleh kustomer.

Faktanya, Palala bukanlah satu-satunya unit bisnis yang Fani kembangkan. Ia memiliki beberapa unit bisnis lainnya. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri, mengingat dirinya adalah seorang mahasiswa. Namun, menurut pengakuannya, Telkom University justru mengakomodasi kesibukannya melalui program Work Ready Program (WRAP) Entrepreneurial. 

“WRAP Entrepreneurial ini sangat mendukung mahasiswa yang memiliki jiwa entrepreneurial. Karena dalam program tersebut, kita ga dipatok untuk ikut kuliah di kelas. Dosen-dosennya sangat membantu kita untuk bimbingan dan konsultasi bisnis. Jadi kita dateng ke kampus itu ketika butuh konsultasi. Akhirnya aku jadi punya ruang yang lebih leluasa untuk eksplorasi dan membagi waktu,” jelas Fani.

Bentuk dukungan kampus untuk Fani juga hadir melalui Bandung Techno Park (BTP). Melalui WRAP Entrepreneurial dan BTP, Fani menerima dukungan untuk mengikuti berbagai perlombaan. Kesempatan itu menjadi momentum bagi Fani untuk mengenalkan Palala dan mengembangkan relasi ke pihak yang susah diperoleh, selain melalui Telkom University.

Sebagai pengusaha yang mengembangkan berbagai bisnis, Fani mengakui bahwa aktivitasnya tidaklah ringan bahkan sangat melelahkan. Namun, Fani percaya, ketika menjalani satu bidang dan benar-benar berniat baik, maka prosesnya akan dimudahkan.

“Dari kondisi keluargaku sebelumnya, aku belajar bahwa ga bisa berharap ke orang lain. Kita punya kaki, ya udah kita jalan sendiri. Tapi di perkembangan hidup kaya gitu, jujur aku merasa capek. Aku mikir, kenapa ya Indonesia ga maju-maju? Aku pengen banyak dari kita tuh ga nganggur lagi. Banyak, lho, hal yang bisa dikerjain. Kalau kita emang mau, ya udah gas aja, jangan takut,” 

Sampai saat ini, Palala telah menjadi lapangan pekerjaan bagi tiga belas orang yang tergabung di dalamnya. Tidak hanya bagi mahasiswa Telkom University, Palala memberikan kesempatan tersebut untuk banyak mahasiswa dari berbagai kampus lainnya bahkan bagi mereka yang belum berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi. Di akhir wawancara, Fani juga menyampaikan bahwa akhir Mei 2024 nanti, dirinya dan tim akan melakukan pitching bisnis Palala di Filipina. Hal itu membuktikan bahwa kesungguhannya membangun Palala bukan untuk memperoleh apresiasi semata, tetapi untuk memberikan kebermanfaatan yang lebih luas.

Penulis: Aqila Zahra Qonita | Editor: Adrian Wiranata | Foto: Public Relations

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *