Social Innovation

BANDUNG, Telkom University – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telkom University menyelenggarakan Program Donasi 100 Hari untuk Indonesia. Program tersebut merupakan short online training dengan topik-topik manajemen populer. Seluruh biaya pendaftaran dari peserta akan didonasikan untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat selama Covid-19.

Program ini diselenggarakan secara online melalui aplikasi Zoom pada Kamis (14/5) dan menghadirkan pembicara Siska Noviaristanti, Ph.D dengan mengusung tema Social Innovation. Program ini terbuka untuk umum dengan jumlah partisipan sebanyak 59 orang.

Pada short online training hari ini, Siska Noviaristanti menjelaskan mengenai perbedaan antara Social Entreprise dan Social Innovation. Pada Social Entreprise, kita dapat melihat dan membangun adanya peluang untuk mengembangkan perusahaan yang berjiwa sosial. Berjiwa sosial itu artinya suatu bisnis tidak hanya untuk profit saja, tetapi juga untuk mengembangkan komunitas.

“Kalau Social Innovation tidak hanya mengenai entreprise-nya saja, tetapi social innovation itu juga merupakan sistem inovasi. Sistem inovasi mencakup siapa aktornya, bagaimana value antar aktor, itulah social innovation,” ucapnya.

Siska Noviaristanti juga menambahkan mengenai ciri khas sebagai kriteria movement yang termasuk pada social innovation. Ada enam kriteria yaitu recognation of a social problem, collaborating with stakeholders, development of social business, expansion of market interest, changes in social relationships & systems dan diffusion of social values.

“Nah, di sini para pemain pada social innovation bisa diawali dari seorang pengusaha yang memang peduli dengan lingkungannya dan kemudian berusaha untuk mengubah suatu permasalahan di lingkungannya. Bisa juga dimulai dari policy maker atau pemerintah yang terjun langsung kepada masyarakat. Bisa juga dari seseorang yang peduli, seorang social innovator, bisa seorang evaluator yang berhubungan dengan suatu sistem. Volunteers juga termasuk dalam players pada social innovation.

Siska Noviaristanti juga menjelaskan mengenai design thinking. Siska meng-highlight beberapa hal dalam design thinking. Design thinking perlu diarahkan dengan baik untuk mendapatkan sebuah solusi. Solusi yang diharapkan dari suatu design thinking harus bernilai ekonomi, didukung oleh teknologi dan mampu menjawab tantangan sosial.

Beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam social innovation yaitu menyadari adanya permasalah sosial dan berniat untuk menjadi bagi dari solusi. Kita juga harus melihat kemampuan yang dimiliki seperti pengetahuan, jejaring dan sumber daya. Kita perlu berkolaborasi dengan institusi yang tertarik sebagai rekan dalam menumbuhkan social innovation. Dalam melakukan kolaborasi, kita harus mencari produk baru atau layanan kepada komunitas sebagai sebuah sistem inovasi. Inovasi yang kita lakukan juga harus sesuai dengan program pemerintah terkait permasalahan sosial

“Kita sebagai institusi pendidikan, basis universitas kita memiliki pondasi kuat sebagai langkah awal untuk mengembangkan social innovation, bisa melalui PPM atau research group,” ucapnya.