Tabligh Akbar : Membangun Generasi Muslim untuk Indonesia Berkemajuan

Tablight Akbar

Telkom University menyelenggarakan Tabligh Akbar dengan tema ‘Membangun Generasi Muslim untuk Indonesia berkelanjutan. Acara ini diselenggarakan pada Kamis (2/7) secara online via aplikasi Zoom dan ditayangkan live di YouTube Channel Telkom University.

Tabligh akbar ini diikuti oleh seluruh pegawai dan dosen Telkom University sebanyak 700 partisipan dan menghadirkan Prof Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhamaddiyah.

Acara ini dibuka oleh pembacaan Surah Al Isra ayat 85-90 dan dilanjutkan dengan sambutan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Adiwijaya selaku Rektor Telkom University. Dalam sambutannya, Prof. Dr. Adiwijaya menyampaikan bahwa acara ini merupakan pengajian rutin setiap bulan yang bertujuan untuk memperkuat dan mempererat tali silaturahim.

“Saya berharap ditengah pandemi ini kita selalu sehat, tentunya sehat jasmani ini sangat ditentukan juga dengan kesehatan rohani. Jadi dalam hal ini saya sangat yakin kajian ini bisa memberikan inspirasi kepada kita dan bermuara pada keberkahan untuk kita semua,” ucapnya.

Prof. Dr. Adiwijaya juga menyampaikan bahwa Telkom University hadir untuk berkontribusi untuk negara, salah satunya dalam membentuk SDM unggul. Tidak hanya mengajarkan hard skill yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi, namun kita harus menjadi role model dalam membangun akhlak yang baik yang mampu menginspirasi terutama kepada mahasiswa.

Sebagai kampus swasta terbaik di Indonesia, Telkom University terus berbenah diri, baik mahasiswa, tenaga pengajar, maupun alumninya. Hal tersebut tercermin dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai fokus Telkom University pada bidang Research and Entrepreneurial. Mahasiswa merupakan pempimpin bangsa ini, jadi dalam rangka membangun generasi muslim

untuk Indonesia berkemajuan, ini merupakan tema yang cocok diangkat dalam acara Tabligh Akbar ini.

Dalam kegiatan ini, Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir menyampaikan bahwa kita berada pada lingkungan akademik yang memiliki inspirasi dan jiwa keagamaan sehingga mengangkat tema ‘Membangun Generasi Muslim untuk Indonesia Berkemajuan’. Inspirasi keagamaan ini juga berhubungan langsung dengan nilai-nilai orientasi kebangsaan sehingga kita punya pijakan yang kokoh sebagai pilar bangsa yang berbasis pada dunia akademik.

“Dalam Islam ada banyak konstruksi, bangunan yang punya nilai sekaligus punya fungsi tentang sosok generasi muslim, tentang identifikasi generasi muslim, tentang format generasi muslim,” ucapnya.

Dalam dimensi moralitas akhlak atau kebaikan disebut dengan Qurrota ‘Ayyun. Doa kita setiap hari di Surah Al-Furqan ayat 74 merupakan doa yang sifatnya satu jagat juga. Doa tersebut untuk meminta keturuan yang dapat menjadi permata hati dan pemimpin kaum muslim di masa depan. Generasi Qurrota ‘Ayyun merupakan generasi yang enak dipandang, generasi yang memuaskan orang tua dan masyarakat dengan makna yang dalam.

Generasi Qurrota ‘Ayyun lahir dari nilai-nilai Islam yang mengajarkan akhlak mulia dan berbakti pada orang tua yang bersifat wajib, karena secara psikologis dan sosiologis cinta orang tua kepada anaknya begitu besar tetapi sering cinta anak kepada orang tua tidak sebesar itu, sehingga berbakti kepada orang tua itu hukumnya wajib.

“Satu dimensi saja dari Qurrota Ayyun itu akan menjadi penyambung generasi masa depan karena pandai merawat bangunan keluarga dan ini juga memengaruhi konsep keluarga muslim yaitu sakinnah, mawwadah, warahmah. Konsep keluarga muslim ini bukan berarti keluarga tanpa masalah, tetapi keluarga yang dapat menyelesaikan masalah. Cukup atau tidak cukup soal rezeki, dalam keluarga ini selalu menimbulkan rasa puas di hati.”

Dari konsep keluarga muslim ini akan lahir generasi Qurrota ‘Ayyun, tidak mungkin Qurrota ‘Ayyun lahir dari keluarga yang mengalami kerusakan, pasti lahir dari keluarga muslim yang harus dirawat oleh kita. Keluarga merupakan harta termahal, sehingga muncul istilah

‘Keluargaku adalah surgaku’. Itu harus kita ciptakan dengan cara saling melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir juga menjelaskan bahwa dalam Islam ada konsep Ulul Albab terkait pendidikan. Ulul Albab merupakan orang yang memiliki akal dan pikiran yang jernih. Ulul artinya punya dan Albab berasal dari Lub atau Qalb yang berarti hati paling dalam, sari pati dari sesuatu yang berada dalam Qalb atau hati, jiwa dan pikiran kita.

“Dalam Al-Quran, ciri Ulul Albab terdapat pada Surah Ali Imran ayat 190-191. Ulul Albab intinya orang yang selalu berpikir tapi juga berdzikir karena selalu ingat pada Allah dengan segala kekuasaannya termasuk ilmu kita,” ucapnya.

Ada banyak ilmu yang kita tidak bisa melampauinya sehingga dimensi Illahiah-nya ada dalam generasi Ulul Albab. Sepandai-pandainya kita sebagai manusia, di atas langit masih ada langit. Maka kita tidak boleh sombong dengan ilmu yang kita miliki.

Begitu juga dengan kekuasaan, sehebat apapun orang berkuasa, kekuasaan itu tetap terbatas. Maka ketika kita berkuasa, berbuatlah kebaikan agar setelah kita meninggalkan kekuasaan itu, orang akan mengenangnya.

Prof. Dr. K.H Haedar Nashir juga menambahkan bahwa ilmu membuat kita menjadi indah sehingga kita harus menjadikan ilmu sebagai sesuatu yang bermanfaat. Islam sangat menghargai ilmu, hal tersebut dapat dilihat dari wahyu pertama yang diturunkan merupakan sebuah ilmu yang tertuang dalam Surah Al-Alaq ayat 1-5.

“Islam lahir sebagai rahmatan lil ‘alamin untuk membangun beradaban, maka perlu generasi Ulul Albab yang otaknya jalan dan hatinya hidup dengan akhlak yang mulia.”

Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir berpesan agar kita dapat menjalankan hidup dengan penuh optimisme dan meraih berkah Allah swt. dengan ilmu dan melalui peran-peran kita termasuk dibidang akademik. Harus ada keinginan untuk mencerdaskan anak-anak didik sebagai generasi penerus bangsa.