Bandung, 25 November 2024 – Telkom University (Tel-U) melalui Open Library kembali menggelar Literacy Event 2024 yang bertajuk “Fostering Learning, Transforming Lives”, sebagai puncak dari seluruh rangkaian kegiatan Literacy Event 2024 yang telah berlangsung sejak bulan Oktober. Pada puncak acara Literacy Event 2024 ini menghadirkan dua tokoh literasi berpengaruh, yaitu Kang Maman, seorang pegiat literasi, dan Dr. Firman Hadiansyah, M.Hum. sebagai perintis gerakan literasi masyarakat. Acara puncak berlangsung di Auditorium Gedung Damar Telkom University (Tel-U) pada Senin (25/11).
Literacy Event 2024 ini menjadi momen istimewa dalam perayaan 11 tahun perjalanan Open Library sebagai pusat literasi dan pembelajaran. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga langkah nyata Tel-U untuk membuka peluang dan ruang belajar baru yang ceria dan interaktif.
Kepala Bagian Open Library Tel-U, Rika Yulianti, M.I.Kom. melaporkan kegiatan ini sebagai upaya menunjukkan komitmen Tel-U dalam mendukung pembelajaran formal maupun informal, sekaligus mendorong pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
“Tema Literacy Event 2024 yang kami pilih “Fostering Learning, Transforming Lives”sangat relevan. Pendidikan tidak hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi juga mengubah nilai, sikap, dan keterampilan esensial yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di zaman yang akan datang” ujar Rika.
Literacy Event 2024 menghadirkan berbagai sesi diskusi yang menarik seperti Literasi Kesehatan, Manusia, Keuangan, Lingkungan, Data, hingga Kewirausahaan. Direktur Akademik Tel-U, dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari kontribusi Tel-U untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Selaras dengan visi Tel-U, kami terus memperkuat sistem pembelajaran untuk meningkatkan budaya literasi. Oleh karena itu untuk meningkatkan budaya literasi di Tel-U kita memiliki 3 matakuliah wajib yaitu literasi manusia, riset dan data” ucap Parman.
Dalam sesi diskusi, Kang Maman menekankan pentingnya mengubah cara pada terhadap perpustakaan. Perpustakaan bukan sekedar ruang hening bahkan bukan gudangnya buku, tetapi perpustakaan adalah tempat yang hidup dan menyenangkan. Kang maman juga menjelaskan bahwa literasi adalah proses yang sederhana dengan dampak yang besar.
“Saya masih ingat dengan jelas kata-kata Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara. Beliau pernah berkata bahwa literasi itu sederhana, hanya mengikuti prinsip patrap triloka: ngerti, ngrasa, dan nglakoni. Jika ketiga hal ini berjalan selaras, kita akan menjadi pribadi yang literat dan mampu mentransformasi kehidupan. Sebenarnya, kita tidak perlu lagi berbicara soal ‘transforming life’ di seminar-seminar, karena sejatinya transformasi itu terjadi saat apa yang kita baca meresap ke dalam hati dan diwujudkan dalam tindakan,” ucap Kang Maman.
Firman menyoroti, bahwa membaca adalah kunci dalam membangun generasi pemimpin masa depan. Ia pun menyoroti tantangan generasi muda yang semakin bergantung pada gawai dan dunia maya. “Anak-anak kita rata-rata menghabiskan delapan jam sehari di media sosial. Jika perpustakaan digital bisa menarik perhatian mereka, ini menjadi peluang besar untuk menumbuhkan kebiasaan membaca pada zaman ini,” ujar Kang Firman.
Sebagai penutup, sesi diskusi ini diakhiri dengan penampilan spesial dari Paberik Bamboe, band lokal yang memadukan musik tradisional dengan aransemen modern. Penampilan mereka memberikan suasana segar dan menjadi simbol harmonisasi antara tradisi dan inovasi dalam literasi.
Dengan semangat tema “Fostering Learning, Transforming Lives”, Literacy Event 2024 menjadi pengingat, literasi merupakan jalan untuk mengubah kehidupan individu dan komunitas menjadi lebih baik.
Penulis: Galuh Sifa’A| Editor: Adrian Wiranata | Foto: Public Relations