BANDUNG, TEL-U โ Bagi para dosen, publikasi ilmiah di jurnal internasional sangat penting dalam menunjang karirnya. Selain mengembangkan keilmuan, publikasi ilmiah sangat berpengaruh pada kenaikan jabatan dosen dan reputasi institusi. Semakin banyak karya tulis ilmiah dosen yang terindeks di jurnal ilmiah internasional, maka semakin baik pula reputasi perguruan tingginya di dunia internasional.
Namun, tidak mudah untuk menembus jurnal internasional. Menurut Account Manager Indonesia Science and Technology Elsevier, Joyce Haryono, dari 600 ribu karya ilmiah yang ajukan (submit) di Scopus, hanya 280 ribu yang dipublikasikan.
“Seleksinya memang cukup ketat. Jadi sebelum dipublikasikan harap sempurnakan dulu karya tulisnya. Perhatikan, jangan submit berulang-ulang karena bisa kena embargo,” kata Joyce pada Workshop Jurnal International yang berlangsung di Gedung Bangkit ruang Multimedia Telkom University (Tel-U), Senin (11/5). Ia pun menyebutkan bahwa Elsevier merupakan pengelola Scopus untuk Indonesia.
Ia menyarankan penulis untuk bisa menampilkan ide baru dalam karya tulisnya dan jangan sampai kena pelanggaran etika dan mendapat cap ‘retracted’. Jika ide baru sudah dimunculkan, namun karya tulis tetap ditolak, penulis diminta jangan putus asa.
“Ada dua kemungkinan kenapa karya tulis ditolak. Pertama, karena topiknya kurang spesifik dan terlalu umum. Kedua, karya tulis bukan manuskrip baru,” kaya Joyce. Ihwal topik, Joyce menyebutkan trend jurnal penelitian kini mengarah pada topik yang berhubungan dengan humaniora, peningkatan interdisiplin, peningkatan kolaborasi internasional dan peningkatan data pasar.
Selain itu Joyce menghimbau agar penulisan abstrak menggunakan bahasa Inggris, dan dianjurkan semua dalam bahasa Inggris. “Reviewer dari berbagai negara, oleh karenanya bahasa Inggris menjadi bahasa yang mudah dipahami oleh reviewer,” kata Joyce.
Tel-U mempunyai delapan konferensi yang diselenggarakan setiap tahunnya. Rektor Tel-U Prof. Mochammad Ashari, M.Eng.,PhD menginginkan agar proceeding dari berbagai konferensi itu dapat terindeks Scopus.
“Ada 220 artikel dari Tel-U yang terindeks di Scopus. Artikel masih menggunakan nama asal perguruan tinggi lama sebelum Telkom University. Kedepan, artikel tersebut harus bisa terindeks Scopus dengan nama asal Telkom University,” kata Rektor. (purel/risca)