BANDUNG, TEL-U โ Setiap proses produksi tekstil pasti akan menghasilkan limbah. Namun bagi alumnus Kriya Tekstil Mode Telkom University Hutri Devina, limbah tekstil yang berupa benang justru bisa diolah kembali menjadi produk baru dan bernilai ekonomi.
โLimbah benang saya olah kembali menjadi pemanis untuk clutch, tas tangan, slempang, hingga hiasan sulam tangan pada outwear pakaian. Kemudian hasilnya dijual di online-shop,โ kata Hutri, Rabu (26/8).
Ia memperkirakan, keuntungan bersih yang diperolehnya sebesar 7 juta rupiah perbulan. Pasarnya terdiri dari kalangan pelajar, mahasiswi, karyawati dan ibu rumah tangga. Selain alasan estetika dan nilai ekonomi, bagi Hutri pemanfaatan limbah tekstil melatih kretivitas. Untuk membuat karya yang cantik Hutri menggunakan teknik sulam tangan.
Inspirasi olah limbah benang berawal pada saat perancangan tugas akhir ketika menempuh studi di Telkom University (Tel-U). Saat itu ia memilih limbah benang yang berada di lokasi industri Binong Jati.
โLimbah dari Binong Jati masih layak untuk diolah. Lagi pula lokasinya cukup terjangkau bagi saya,โ kata lulusan yang baru diwisuda Agustus lalu.
Jelasnya, jenis limbah yang masih bisa diolah itu dari jenis wol, katun dan benang polyester. Proses mengolahan limbah benang memang relatif lama. Karena limbah harus dibersihkan terlebih dahulu, lalu memilah benang-benang itu sesuai dengan warnanya. Seluruh modal produksi berasal dari dana pribadi. Sedangkan proses produksi dibantu oleh 4 orang pegawai.
Sebuah televisi swasta sempat mengundangnya dalam salah satu sesi wawancara tentang kegiatannya mengolah limbah benang. Menurutnya, desainer muda kini belum banyak yang memanfaatkan limbah dalam karyanya. Padahal limbah masih dapat dimanfaatkan, asal tentukan dulu jenis limbah dan efek samping limbah tersebut. Kemudian barulah tentukan menjadi karya kreatif yang โout of the boxโ. (purel/risca)