BANDUNG, TEL-U โ Tingginya angka pengangguran tidak lepas dari buruknya kualitas pendidikan dan sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia. Sehingga di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini jiwa entrepreneur sangat dibutuhkan. Tidak hanya kalangan pengusaha, siapa pun harus punya keberanian dan kreativitas layaknya sorang entrepreneur.
โSolusi dari masalah tersebut di antaranya, menambah dan menciptakan lapangan pekerjaan, memperbaiki kualitas output pendidikan di Indonesia, dan membangkitkan wirausaha-wirausaha baru,โ kata Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis Telkom University Dodie Tricahyono, Ph.D pada Seminar Juragan Forum yang digelar, Minggu (3/5).
Dodie menambahkan, kebanyakan entrepreneur adalah kelas mikro sehingga tidak bisa memberi jawaban terhadap pengurangan penggangguran. Harus terus diupayakan untuk melakukan ekspansi terhadap skala bisnis para entrepreneur muda.
โSekarang orang-orang sudah mulai sadar pentingnya jiwa entrepreneur, motivasi untuk menjadi entrepreneur mulai tumbuh. Dulu tercatat 59% motivasi dan 41% skill. Sekarang 43% motivasi, 57% skill. Tetapi sekarang muncul masalah dengan skill, baik skill memasarkan, menggunakan teknologi, dan lainnya,โ kata Doddie.
Jelasnya, dalam kelompok efficiency-driven country, maka Indonesia memiliki angka entrepreneurial intentions yang termasuk tinggi dengan angka fear of failure yang relatif rendah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Kembali kelompok umur 25-44 tahun, lulusan SMA dan sederajat, berkedudukan di P. Jawa, dan berpenghasilan di bawah 5 juta rupiah harus lebih diprioritaskan. Berdasarkan Entrepreneurial Framework Conditions (EFC) dan dibandingkan dengan ekonomi negara-negara Asia Tenggara, maka Indonesia memiliki angka yang rendah untuk: kesiapan infrastruktur, R&D transfer, dan regulasi yang mendukung.
โKita sudah berada pada trek yang benar dalam upaya melakukan penciptaan wirausaha-wirausaha muda, yaitu dengan menggunakan pendekatan โekosistemโ yang baik yang akan mengundang banyak: calon entrepreneur, para inventor dan creator, para investor, para pengajar dan mentor, para peneliti, para analisis, para pengembang bisnis,โ kata Doddie. (Purel/Tyas/Risca)