ISTANBUL, TEL โ U โDosen Telkom University, Dr. M.Yahya Arwiyah, paparkan hasil penelitiannya tentang demokrasi di Indonesia. Paparan ini disampaikan di depan peserta โInnovative Trends in Multidisciplinary Academic Research (ITMAR-2014)โ yang berlangsung di Istanbul, Turkey, Senin (20/10).
Dalam paparannya, Yahya menjelaskan, Republik Indonesia telah membuktikan jati dirinya sebagai negara demokrasi paling bebas dan juga punya ciri khas. Indonesia beranjak dengan pasti untuk mengusung kebebasan kepada warga negaranya dalam menyalurkan aspirasinya. โSalah satu bukti nyatanya adalah, hari ini Majelis Permusyawaratan Rakyat di Jakarta, telah melantik pasangan presiden kedua dan wakil presiden ketiga sebagai hasil pemilihan langsung,โ ujarnya.
Dalam conference yang digelar di Gonen Hotel Istanbul Turki ini, Yahya lebih lanjut menjelaskan bahwa dalam upaya terus memperbaiki tatanan kehidupan bernegara, masih terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan.
Yahya yang juga Wakil Rektor IV Tel-U ini menambahkan, dalam penelitiannya di Kecamatan Cikancung dan Rancaekek Kabupaten Bandung tahun 2010, sesaat menjelang pemilihan Bupati Bandung periode 2010 โ 2015 dan tambahan observasi pada saat pemilu legislatif dan eksekutif tahun ini, ada beberapa temuan menarik terkait kekurangan pada proses demokrasi ini.
Menurutnya, masih terdapat warga negara yang menyandang status sebagai pemegang hak pilih, posisinya hanya berstatus sebagai penonton. Pesta demokrasi yang dijalaninya masih dirasakan sebagai suatu kegiatan keramaian, saat kontestan pemilu mempertontonkan berbagai aktraksi ditengah riuh rendahnya upaya mempengaruhi pemilik suara.
Selain itu, iming-iming uang, baju seragam dan uniform tertentu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pesta demokrasi ini. โMasih menjadi kajian apakah uang yang dikeluarkan dalam kegiatan ini merupakan money politik ataukah cuma sebatas cost politik,โ katanya.
Paparan ini mendapatkan perhatian khusus dari 273 orang peserta conference yang berasal dari 40 negara di dunia. (pal/raf)