Inovasi Gun Portabel dari Telkom University Permudah Proses Tenun Tradisional Gedog

Inovasi Gun Portabel dari Telkom University Permudah Proses Tenun Tradisional Gedog

Telkom University  – Kekayaan tekstil tradisional Indonesia terus menjadi warisan budaya yang dijaga keberlanjutannya. Salah satu bentuk tekstil tersebut adalah kain tenun tradisional yang hingga kini masih dilestarikan, meskipun di tengah maraknya kain tenun berbasis mesin seperti ATBM. Proses menenun secara tradisional dengan alat tenun Gedog masih dilakukan di berbagai daerah, seperti Kabupaten Ende, Manggarai, Timor Tengah Selatan, Sumba, dan Tuban. Proses ini dikenal memiliki keunikan tinggi dan sarat nilai budaya yang tidak mudah tergantikan oleh metode modern.

Namun, pelestarian kain tenun Gedog menghadapi sejumlah tantangan. Selain jumlah produksi dan variasi motif yang terbatas, alat tenun Gedog juga masih sederhana. Penenun mengandalkan kekuatan tangan dan ketahanan fisik yang terbatas, serta terkendala dalam proses pemasangan dan penggunaan bagian penting alat tenun bernama gun, yang berperan besar dalam membentuk motif kain.

Menjawab tantangan ini, tim dosen dari Fakultas Industri Kreatif, Telkom University (FIK Tel-U) yang dipimpin oleh Dr. Fajar Ciptandi, S.Ds., M.Ds. menciptakan sebuah inovasi berupa gun portabel yang dapat dipasang pada alat tenun Gedog. Inovasi ini bertujuan mempermudah proses menenun serta memperluas kemungkinan variasi motif kain tradisional. 

Implementasi alat ini dilakukan di Desa Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur sebagai studi kasus. Proyek ini merupakan bagian dari Hibah DRTPM Skema Prototipe tahun 2024. Prototipe yang dikembangkan terdiri dari satu gun portabel berukuran 110 x 1,5 x 1 cm, dua pengunci gun berukuran sama, serta dua pin pengunci berukuran 0,5 x 5 cm. Seluruh material tersebut menggunakan kayu solid demi menjaga kekuatan dan ketahanan selama proses menenun.

Desain gun portabel dilengkapi dengan celah-celah yang berfungsi untuk meletakkan benang lungsi sebagai dasar pembentuk motif. Pin pengunci juga dipasang pada bagian atas dan bawah di sisi kiri dan kanan alat guna memastikan posisi benang tetap stabil saat ditenun.

Dengan hadirnya inovasi ini, waktu pemasangan gun yang sebelumnya bisa memakan waktu hingga berminggu-minggu, kini dapat diselesaikan hanya dalam waktu sekitar 20 menit. Efisiensi ini menjadi lompatan besar dalam mendukung produktivitas para penenun tradisional.

Hasil inovasi ini menunjukkan capaian sebesar 80% dari tujuan awal, yakni meningkatkan efektivitas proses kerja penenun dan menghasilkan kain tenun dengan motif baru. Selain itu, tim peneliti juga telah menghasilkan blueprint rancangan intervensi sebagai acuan produksi lanjutan.

Sebagai bagian dari penyempurnaan, tim FIK Tel-U telah mengadakan Focus Group Discussion (FGD) yang menghadirkan para ahli dari berbagai institusi, seperti akademisi dan periset kriya tekstil Institut Teknologi Bandung (ITB), praktisi tenun Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, desainer busana dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI), serta pembina perajin tenun Gedog Lowo. FGD ini menjadi kunci penting dalam memberikan masukan untuk pengembangan lebih lanjut alat tenun Gedog berbasis inovasi lokal.

Inovasi gun portabel ini menjadi langkah besar dalam upaya pelestarian budaya serta pemberdayaan perajin lokal melalui sentuhan teknologi yang relevan dengan kebutuhan tradisional. 

Penulis: Aprilia Sekar N | Editor: Adrian Wiranata | Foto: Public Relations

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

SLOT GACOR