Menjembatani Langit dan Bumi: Teknologi Baru dan Reformasi Peraturan Untuk Jaringan Hybrid

Menjembatani Langit dan Bumi Teknologi Baru dan Reformasi Peraturan Untuk Jaringan Hybrid

Jakarta, 24 April โ€“ 10th Asia-Pasific Spectrum Management Conference (APSMC) 2024 sudah memasuki hari kedua pada Rabu (24/4), berlangsung di Hotel Pullman, Jakarta, Indonesia. Acara internasional tahunan kali ini Telkom University (Tel-U) bersama dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berkesempatan menjadi tuan rumah dalam penyelegaraan acara yang rutin digelar oleh ForumGlobal. 

Pada sesi diskusi ke-9 APSMC, membahas tentang teknologi baru dan reformasi peraturan untuk jaringan hybrid dan cakupan global, dengan narasumber antara lain, Dr. Peter Lovelock (Chief Innovation & Delivery Officer, Access Partnership), Dr. Nguyen Huy Cuong (Deputy Director, International Cooperation and Frequency Coordination Div, Authority of Radio Frequency Management – MIC, Viet Nam), Dr. Mohaned Juwad (Director, Spectrum Policy, Intelsat) dan dimoderatori oleh Dr. Aamir Riaz (Programme Officer, International Telecommunication Union).

Dr. Peter menyampaikan dalam materinya bahwa kita perlu berfokus pada universal connectivity, maksudnya adalah siapa pun, di mana pun, tanpa memandang lokasi geografis, status sosial-ekonomi, ras, jenis kelamin, atau demografi lain yang membedakannya, memiliki akses terhadap layanan dan perangkat yang terjangkau untuk terhubung ke internet yang handal dan aman. 

“Bagi Indonesia, teknologi satelit merupakan teknologi penting dan krusial untuk mendukung  universal connectivity. Teknologi satelit merupakan teknologi yang efisien untuk memberikan layanan kepada masyarakat Indonesia untuk memenuhi berbagai kebutuhan mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan ” ungkap Peter. 

Salah satu bidang yang mendapat perhatian besar adalah pengenalan jaringan hybrid dengan konektivitas non-terestrial (diluar bumi) yang melengkapi layanan seluler yang sudah ada, teknologi ini memiliki kemampuan besar untuk mengurangi kesenjangan digital, terutama di daerah-daerah terpencil seperti Asia Pasifik.  

Dr. Cuong mengemukakan pendapatnya sebagai Regulator terhadap teknologi Direct-to-Devices (D2D), bahwa memungkinkan perangkat berfungsi secara mandiri tanpa tergantung pada infrastruktur pusat, bermanfaat ketika jaringan memiliki keterbatasan, tidak dapat diandalkan, atau padat pengguna. Sehingga dapat membantu jika dalam keadaan darurat seperti terjadinya bencana. 

“Dalam situasi operasi pemulihan bencana, daerah terpencil dengan jangkauan jaringan yang buruk, atau lingkungan perkotaan yang padat dimana jaringan eksisting mungkin kelebihan beban. D2D bukan teknologi baru, namun menjadi booming saat ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan konektivitas ” ungkap Cuong. 

Director, Spectrum Policy Intelsat, Dr. Juwad menyampaikan bahwa konvergensi Non-Terrestrial Networks (NTN) dengan Terrestrial Networks sangat berperan dalam mendukung universal connectivity. Dr. Juwad percaya bahwa dengan kolaborasi antara kebijakan dan industri dapat meningkatkan pertumbuhan market. 

Menutup sesi, Dr. Riaz memberikan pernyataan bahwa kita perlu memiliki fleksibilitas untuk memastikan bahwa kita dapat memperoleh manfaat dari teknologi yang akan datang di masa depan.

Penulis: Fauzul | Editor: Adrian Wiratana | Foto: Public Relations

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *