BANDUNG, TEL-U โ Di Jepang, ocusry komik menjadi salah satu komoditas ekonomi. Berbagai kalangan usia menyukai komik, dari anak-anak hingga remaja. Tidak hanya masyarakat Jepang, penggemar komik tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Salah satu kreator komik asal Indonesia, Sweta Kartika, yakin Indonesia juga punya potensi mengembangkan komik dan ilustrasi. Namun, potensi itu harus dilengkapi dengan riset yang baik. โSebelum membuat karakter komik, kreator harus melakukan riset dulu, lalu pikirkan monetisasinya,โ kata Sweta, pada acara seminar Creativepreneur Nihon No Matsuri, Jumat (6/3).
Menilik ocusry komik di Jepang, Sweta menilai, strategi marketingnya tidak hanya sebatas pada komik. Selain komik mereka juga nenbuat artbook, anime, event, game, costplay dan toys. Sebelum membuat karakter komik, kreator melakukan riset dahulu. Dari riset itu, kreator bisa menentukan market mana yang akan menjadi sasaran komik. โKalau mau bikin komik, spesifikasi dulu sasaran marketnya, kenali tipenya baik dari sisi gender, minat, potensi sampai interest pasarnya,โ jelasnya.
Seniman komik Jepang memang tidak akan pernah habis. Mereka selalu menampilkan karakter komik baru, sesuai dengan masanya dan budayanya. Sweta menyayangkan, kreator komik Indonesia masih belum banyak yang mengangkat budaya Indonesia. โMungkin karena pengaruh kreatornya yang penggemar komik Jepang. Sehingga pas bikin komik, kontennya ke-jepang-jepang-an. Akhirnya malah tidak pas dengan budaya Jepang aslinya,โ kata Sweta.
Dalam karyanya Sweta selalu menyisipkan kekhasan Indonesia. Baik dalam ide cerita komik maupun desain ilustrasi. Desain ilustrasi karyanya pun sangat kental dengan unsur budaya Jawa. โKalau kita mau ngomik, mending angkat budaya kita sendiri. Gak usah terpengaruh budaya lain,โ pungkasnya. (purel/risca)