Bandung, 20 November 2024 โ Artificial Intelligence (AI) semakin sering menjadi bahan perbincangan akhir-akhir ini. Namun, apa sebenarnya AI itu? Secara sederhana, AI merupakan cabang ilmu komputer yang bertujuan mengembangkan sistem dan mesin yang mampu melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Dengan memanfaatkan algoritma dan model matematika, AI memungkinkan komputer atau sistem lain untuk belajar dari data, mengenali pola, dan mengambil keputusan secara cerdas.
Pengertian dan Konsep Dasar AI
Pada dasarnya, AI adalah sebuah upaya untuk menciptakan mesin yang bisa “berpikir” layaknya manusia. Beberapa konsep utama dalam AI meliputi:
- Machine Learning adalah cabang dari kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan komputer belajar dari data tanpa perlu diprogram secara eksplisit. Dengan kata lain, memberikan instruksi detail dalam setiap tugas, kita menyediakan data, dan komputer akan menemukan pola serta membuat keputusan berdasarkan data tersebut.
- Neural Networks (Jaringan Saraf Tiruan) yang merupakan salah satu konsep utama dalam kecerdasan buatan (AI) yang dirancang guna meniru cara kerja otak manusia. Sistem ini terdiri dari sejumlah unit komputasi yang disebut neuron. Seperti halnya neuron dalam otak kita, setiap unit di jaringan saraf tiruan menerima input, memproses nya, dan mengirimkan output ke unit lain. Tujuannya adalah memecahkan masalah kompleks dengan belajar dari data, seperti pengenalan gambar, suara, atau pola.
- Natural Language Processing (NLP) merupakan cabang dari Artificial Intelligence (AI) yang berfokus terhadap kemampuan mesin guna memahami, menginterpretasi, serta menghasilkan bahasa manusia secara alami. Dalam konteks ini, “bahasa alami” merujuk pada cara manusia berbicara atau menulis, seperti bahasa sehari-hari yang penuh dengan nuansa, idiom, dan konteks.
Beragam konsep ini menjadi fondasi dalam pengembangan AI yang kini telah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pengenalan suara, pengenalan wajah, dan sistem rekomendasi.
Peran AI dalam Kehidupan Masa Kini
Dampak AI kini meluas ke berbagai bidang. Di dunia medis, AI membantu dokter mendiagnosis penyakit lebih cepat dengan analisis data pasien. Dalam industri otomotif, AI menjadi otak di balik teknologi mobil otonom yang semakin berkembang. Sementara itu, sektor hiburan memanfaatkan AI untuk menyusun rekomendasi personal, seperti yang sering kita temui pada layanan streaming.
Tidak berhenti di situ, AI juga menjadi alat vital dalam keamanan, seperti sistem pengenalan wajah untuk identifikasi dan pelacakan. Dengan kata lain, AI tidak hanya mempercepat proses, tetapi juga menghadirkan solusi yang sebelumnya sulit dicapai.
Potensi Risiko yang Perlu Diperhatikan
Namun, di balik semua kehebatannya, AI juga membawa tantangan dan risiko. Berikut adalah beberapa poin penting:
- Privasi dan Pengawasan: AI digunakan untuk memantau dan mengumpulkan data dalam skala besar, sering kali tanpa persetujuan eksplisit. Contohnya adalah penggunaan teknologi pengenalan wajah atau data perilaku online untuk iklan yang sangat personal. Risiko ini dapat menyebabkan pelanggaran privasi yang serius.
- Bias Algoritma: Seringkali dalam menggunakan AI data yang diberikan tidak valid atau bisa. Jika data yang digunakan untuk melatih AI memiliki bias, maka keputusan yang dihasilkan juga berpotensi bias, yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan atau penilaian kredit.
- Penggantian Tenaga Kerja: Seiring dengan meningkatnya kemampuan AI, beberapa pekerjaan manual mulai tergantikan oleh mesin, menimbulkan kekhawatiran terhadap pengurangan lapangan kerja yang dimana hal ini berpengaruh terkait hal ekonomi secara makro.
- Risiko Moral: Kecerdasan buatan seperti chatbot mampu memberikan jawaban cepat dan efisien, sehingga bermanfaat bagi siswa maupun mahasiswa untuk belajar mandiri. Namun, penggunaannya tanpa pengawasan dapat memicu plagiasi, di mana karya tulis atau tugas ilmiah dihasilkan tanpa pemahaman mendalam dan hanya meniru jawaban yang diberikan oleh AI.
- Faktor Psikologis: Ketergantungan berlebihan dapat memicu technostress, yaitu stres akibat ketidakmampuan berfungsi tanpa akses teknologi. Akibatnya, individu merasa cemas saat tidak dapat menggunakan AI. Untuk mengatasinya, kontrol diri perlu ditingkatkan melalui manajemen waktu, pembatasan penggunaan AI, dan pembiasaan belajar mandiri. Dengan demikian, individu dapat mengembangkan keyakinan diri sekaligus mengurangi risiko kecanduan teknologi.
Baca Juga: Mengulas Kontroversi AI dan Seni Menurut Guru Besar Artificial Intelligence Telkom Universityย
Masa Depan AI: Peluang dan Tanggung Jawab
AI adalah pedang bermata dua. Di satu sisi dapat membawa potensi besar untuk memajukan teknologi dan kualitas hidup manusia. Di sisi lain, AI juga memerlukan regulasi serta pengawasan agar penggunaannya tetap sesuai etis dan bertanggung jawab. Dalam era dimana teknologi berkembang pesat, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat menjadi kunci untuk memastikan bahwa AI memberikan manfaat maksimal tanpa melanggar batasan etika.
Ingin menjadi bagian dari masa depan AI dan berkontribusi dalam pengembangan teknologi yang mengubah dunia? Telkom University menawarkan berbagai program studi seperti S1 Informatika, S1 Sains Data, S1 Rekayasa Perangkat Lunak, S1 Teknologi Informasi, dan S1 Sistem Informasi yang akan membekali Anda dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi ahli di bidang kecerdasan buatan. Pilih program studi yang sesuai dengan minat Anda dan jadilah bagian dari generasi yang akan membentuk masa depan AI!
Sumber :
https://scienceexchange.caltech.edu/topics/artificial-intelligence-research/trustworthy-ai
Eriana, Emi Sita, and Afrizal Zein. “Artificial Intelligence (AI).” (2023).
Dewanto, Aji Cokro. “Resiko dan Mitigasi Penggunaan Kecerdasan Buatan Dalam Bidang Pendidikan.” Prosiding Konferensi Ilmiah Pendidikan 4 (2023): 1-10.
Penulis: Alden Abdurrasyid Akbar | Editor: Adrian Wiranata | Foto: Public Relations
(1) Comment