Akademisi Harus Punya Kejujuran Intelektual

BANDUNG, TEL-U – Para akademisi perlu memahami apa itu plagiarisme, bagaimana dampak hukumnya, serta teknologi yang dapat membantunya terhindar dari kejahatan tersebut. Namun di atas itu semua, para akademisi harus memiliki kejujuran intelektual yang menjadi benteng utama dari plagiarisme.

Hal ini terungkap dalam “Library Open Discussion: How to Avoid Plagiarism” di Ruang Multimedia Gedung Bangkit Telkom University (Tel-U), Selasa (21/6). Tampil sebagai pembicara pakar bidang intellectual property right Dr. V. Henry Soelistyo Budi, dosen sekaligus peneliti Telkom University Dr. Adiwijaya, dan trainer i-Thenticate (check plagiarism tools) Ririana.

Dalam paparannya, Henry mengatakan bahwa pragiarisme merupakan penipuan ilmiah (scientific fraud) yang terdiri dari perbuatan memanipulasi fakta atau menerbitkan hasil karya orang lain, membohongi publik, merusak nilai-nilai obyektifitas, serta ketidakjujuran. Henry juga memperkenalkan istilah self plagiarism di mana seorang peneliti melakukan pendaurulangan karya sehingga menjadi publikasi ganda pada lebih dari satu media.

“Sanksi bagi plagiator di perguruan tinggi diatur dalam Permendiknas No.17 Tahun 2010. Sanksi terberatnya adalah pemberhentian dengan tidak hormat dan pembatalan ijazah bagi dosen dan mahasiswa. Sanksi ini sudah banyak diterapkan di beberapa perguruan tinggi, jadi hati-hati,” tutur penulis buku “Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika” itu.

Melengkapi hal ini, Adiwijaya berbagi tentang pengalamannya dalam membuat karya ilmiah. Hingga kini, setidaknya ada 40 paper karya Wakil Dekan I Fakultas Informatika Telkom University tersebut yang terindeks Scopus/ISI. Menurut Adi, tidak ada cara yang mudah untuk membuat paper. Para akademisi harus berpikir keras dan terbuka, serta perduli terhadap apa yang terjadi di dunia. Dengan begitu, dia dapat terhindar dari plagiarisme.

“Yang terpenting juga adalah orisinalitas ide kita. Saya pikir setiap manusia memiliki otak dan pikiran masing-masing, jadi hasilnya pasti berbeda. Kalau ada penelitian yang mirip dengan punya kita, sebutkan saja,” katanya.

Sementara itu, Direktur Admisi & International Office Telkom University Rinna Fridiana mengatakan, Library Open Discussion merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh tim Unit Sumber Daya Keilmuan & Perpustakaan Telkom University. Setiap bulan, Library Open Discussion menghadirkan narasumber-narasumber kompeten di bidangnya untuk membahas isu-isu populer dan relevan dengan kondisi saat ini maupun akan datang. Rinna berharap sivitas akademika dan masyarakat umum dapat memanfaatkan diskusi ini sebagai wadah untuk memperkaya pengetahuan diri. (purel/lib)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *