Dosen FIK Telkom University Raih Juara 1 Sayembara Batik PPI Jepang

BANDUNG, Telkom University –  Dosen Program Studi Kriya Tekstil dan Mode Fakultas Industri Kreatif (Prodi KTM FIK) Telkom University Morinta Rosandini, S.Ds., M.Ds. raih juara 1 pada ajang Sayembara Design Batik PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Jepang 2017.

Kompetisi yang diselenggarakan oleh PPI Jepang ini terbuka untuk seluruh warga Indonesia, baik seniman, designer, pratisi, pengerajin, mahasiswa ataupun masyarakat umum. Kompetisi ini terdiri dari 2 tahapan, dimana tahapan pertama adalah proses seleksi awal dari desain motif pada bulan Mei-Juni 2017, kemudian pada bulan Juli akan diumumkan 10 karya terbaik, dan pada tahapan kedua proses pembuatan batik sesuai dengan desain, kemudian dikirimkan ke Jepang untuk dinilai kain batik aslinya, setelah itu pada 30 Agustus lalu diumkan pemenang yang akan diundang ke Jepang pada 30 September nanti untuk menerima penghargaan.

Melalui hasil karya berjudul Kanaka Batik, Morinta menceritakan Kanaka sendiri diangkat dari bahasa Sansekerta yang berarti Emas yang sangat berharga, sehingga Kanaka Batik hadir dalam perpaduan konsep budaya Jepang dan Indonesia yang merupakan produk cipta karsa yang berharga. Unsur budaya dan alam Jepang menjadi salah satu fokus utama dalam desain Kanaka Batik; Arsitektural Kumano Nachi Taisha, Burung Bangao sebagai lambang good fortune dan Bunga Sakura sebagai makna mono no aware.

“Ketiga unsur tersebut dipadukan dalam sebuah komposisi yang menajamkan karakter Jepang, sedangkan unsur bentuk Batik Truntum menjadi unsur penguat budaya Jawa. Batik truntum  memiliki makna cinta dan kasih sayang yang mendalam, begitu juga dengan Kanaka Batik yang menjadi harapan bagi siapapun yang memakainya menjadi simbol kebaikan, rasa peduli, dan sejauh apapun melangkah rasa cinta terhadap tanah air tetap tertanam dalam hati sanubari” ucapnya.

Melalui proses pengerjaan yang panjang, Morinta mengatakan ada 2 tahapan pada pengerjaan batik ini dimana tahapan pertama membuat design manual berupa sketsa dengan tangan dan design digital pada computer, setelah terpilih 10 besar baru masuk tahapan kedua yaitu pembuatan batik di Pekalongan bersama Imang Jasmine pengerajin batik di Pekalongan.

“Saya dibantu oleh Mas Imang pada proses perwujudan desain ke kain batik, dan dibantu oleh para pengrajin batik serta pengrajin pewarna di Pekalongan. Total durasi pembuatan manual dan digital selama dua minggu dan proses pembatikan selama dua minggu juga” katanya.

Melalui karya yang diciptakan Morinta berharap agar karya nya dapat bermanfaat bagi masyarakat dan batik tersebut bisa memperkenalkan lagi Batik di Indonesia.

“Saya berharap agar karya ini memberikan kesan nyaman digunakan bagi masyarakat luas khususnya di Jepang, dan Batik Kanaka diharapkan menjadi salah satu upaya pengenalan batik dari Indonesia” tutupnya.

 

Adrian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *