Indra Utoyo: Era Teknologi Kemanusiaan

Bandung, Telkom University – Secara rutin, Telkom University melalui International Class Academic Office (ICAO) menyelenggarakan dialog akademik-praksis dalam forum Leader’s Talk. Program yang membincang perkembangan dunia bisnis, teknologi, pengetahuan dan lainnya dari sudut pandang praktisi. Menghadirkan berbagai macam tokoh mapan dalam bidang beragam, terutama teknologi berdampak pada kemajuan sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

Tokoh potensial yang pernah berbagi pemikiran, antaranya Chief Executive Officer (CEO) IBM Indonesia Gunawan Sutanto, Direktur Utama Trans Televisi, CEO Piksel Indonesia Nancy Margried, dan Ambassador Republik Norwaygia untuk Indonesia Stig Traavik.

Kali ini, giliran Direktur Digital and Strategic Portfolio Telkom Indonesia Indra Utoyo untuk berbagi ide dan gagasan segar terkait Silicon Valley Mindset, mengupas lugas persoalan membangun jaringan dan bisnis bersarana digital yang ramah (ecosystem of startup). Tentu perbincangan yang menarik, pun diperlukan untuk generasi produktif, terutama professional muda, periset, innovator dan akademisi di lingkungan Telkom University.

Leader’s Talk episode ke sepuluh ini digelar bertepatan dengan peluncuran ulang tahun Telkom University dan Syukuran Akreditasi AIPT yang baru saja diraih oleh Telkom University, Rabu (1/2/17) di Ruang Auditorium Gedung Tokong Nanas, Komplek Telkom University.

Utoyo, secara terang dan menyenangkan memaparkan kondisi startup Indonesia kekinian. Ia menyebutnya sebagai era konseptual yang didalamnya lahir banyak creator, inovator dan digital entrepreneurs. Tetapi, tidak beriring dengan lahirnya kreatifitas. Sehingga laju produktifitas startup mengalami pelambatan progresif.

“Startup menjamur, anak-anak muda banyak yang berkontribusi terhadap lahirnya startup baru. Tetapi tidak ada sodoran kreatifitas yang orisinil, sehingga ini menjemukan bagi masyarakat” ungkapnya di hadapan peserta yang lebih banyak periset dan akademisi Telkom University.

Dalam lanjutannya, Utoyo memberikan gambaran umum terkait pertumbuhan startup yang mampu bersinergi dengan kompetitor. Menurutnya kreatifitas harus desusaikan dengan kemajuan teknologi serta dikendalikan oleh sentuhan moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang juga tinggi.

“Kalau soal teknologi praktis banyak sekali yang mampu, tetapi perlu menggabungkan apa yang namanya 3HT yaitu high think (kreatifitas tinggi), high tech (digital and exponential), dan high touch (empathy, aesthetic, purpose). Ketiganya harus sinergis” paparnya lebih lanjut.

Selama ini berdasarkan amatan Utoyo, seseorang yang memiliki kreatifitas dan konsep cemerlang dianggap mampu bersaing bahkan mampu menciptakan industrinya sendiri. “Era industri dan informasi membutuhkan banyak SDM agar sebuah industri bisa bekerja, sedangkan di era konseptual satu individu saja bisa menjalankan satu bahkan beberapa industri sekaligus” katanya.

“Para digital entrepreneurs itu adalah jembatan untuk menciptakan lapangan kerja. Mereka diharapakan mampu membawa ide-ide baru untuk menciptakan pasar baru atau merevitalisasi yang sudah ada untuk memicu pertumbuhan ekonom”. Tutupnya. 

Abdullah Adnan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *