Raih Juara Hackathon Merdeka 2.0, Mahasiswa Tel-U Siap Melaju ke Grand Final di Jakarta

BANDUNG, TEL-U – Setelah sukses menyabet beberapa gelar juara di tingkat nasional dan internasional, empat mahasiswa Telkom University (Tel-U) berhasil menyabet juara satu pada ajang Hackathon Merdeka 2.0 yang digelar pada pada momen Hari Sumpah Pemuda, Rabu (28/10). Mereka adalah Nanda Budi Prayuga, David Mushtafa, dan Bagus Cahyono (S1 Teknik Informatika, Fakultas Informatika, Angkatan 2013) serta Reza Stailone A (D3 Teknik Informatika, Fakultas Imu Terapan Angkatan 2014).

Kompetisi yang mengusung tema “Masalah Data Kependudukan” tersebut diselenggarakan di 28 kota di Indonesia. Para pemenang dari masing-masing kota ini akan bertarung kembali di tingkat nasional pada 14-15 November 2015 di Jakarta.

Dalam kompetisi ini, mereka bergabung dalam Tim Programming Club yang mampu membuat dua buah program dalam waktu singkat, yaitu “Soulmate (Solusi Umat Lewat Mobile Apps Teknologi)” yang masuk hingga tahap 10 besar dan aplikasi “Mobile Posyandu” yang membawa mereka masuk juara satu untuk mewakili Kota Bandung.

Mobile Posyandu ini terinspirasi dari penyebab tingginya kematian balita di Indoensia yang ternyata disebabkan oleh gizi buruk. “Nah, setelah kita cari tahu lewat percakapan dengan dokter di Unpad, ternyata salah satu penyebab kenapa gizi buruk ini jadi penyebab kematian bayi di Indonesia, karena lambatnya bantuan dari pemerintah. K napa bisa terjadi keterlambatan penanganan? Ternyata karena pemerintah juga tidak punya data tentang wilayah mana saja yang mengalami gizi buruk. Nah bisa saja dari ketiadaan data ini, membuat pemerintah jadi salah menangani,” ujar David.

Selama proses pembuatan, mereka belajar disiplin dan memanajemen waktu dengan baik, mengingat waktu yang diberikan penyelenggara sangat singkat. “Di ajang Hackathon itu kita ngerjain aplikasi satu harian full 1×24 jam langsung di tempat. Besok paginya kita langsung pitching, jadi kita siasatin harus ada satu orang yang tenaganya masih full,” ungkap Bagus.

Bagi mereka, kendala dalam pembuatan dua program ini adalah menyamakan visi misi, membuat ide, waktu yang sangat singkat, dan team work. “Visi misi dari aplikasi yang kita buat tuh harus seide, kita ingin menyelesaikan suatu permasalahan, di mana aplikasi kita nanti tidak hanya fokus untuk meraih kemenangan, tapi yang bisa bermanfaat buat masyarakat,” ujar Nanda.

Pencapaian Tim Programming Club tidak terlepas dari pengalaman dan sharing bersama para dosen Teknik Informatika TelU yang menerapkan prinsip bahwa ilmu yang dimiliki tidak hanya untuk mencari uang, tetapi harus ada sumbangsih untuk kegiatan sosial. “Jadi, bukan karena ada lomba lalu kami bikin aplikasi, tapi bikin aplikasi yang bisa menyelesaikan permasalahan masyarakat dan kebetulan ada lomba, ya sudah diikutin aja. Kita menganggapnya ini sebagai ladang amal,” ujar Reza.

Bagi mereka, di era teknologi seperti sekarang ini, data adalah segalanya. Dengan data yang ada, pengambilan keputusan akan semakin mudah. (purel/nisa)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *