Social Media and Self Worth: Menghadapi Tekanan Standar Sosial Online

Social Media and Self Worth Menghadapi Tekanan Standar Sosial Online

Telkom University โ€” Dari berbagai generasi, Generasi Z adalah generasi yang sangat dekat dan tumbuh dalam dunia digital yang sangat terhubung. Saat ini media sosial tidak hanya digunakan dikalangan anak muda dan dewasa namun juga merambah pada anak-anak diusia yang sangat dini. Media sosial seperti Instagram, TikTok, Youtube dan Twitter menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita, bukan hanya sekedar sebagai alat komunikasi, tetapi juga menjadi ruang untuk membentuk gaya hidup dan menampilkan identitas diri.

Kebiasaan menggunakan media sosial yang telah melekat selama ini, menjadi tantangan karena adanya perubahan perilaku yang tidak mudah diatasi. Timbulnya kecemasan dan tekanan untuk memenuhi standar hidup menjadi salah satu pengaruh dari bergantungnya platform tersebut. Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi Telkom University (Tel-U) sebagai institusi pendidikan, yang berkomitmen untuk menjaga kesehatan mental mahasiswanya.

Telkom University mengundang Psikolog, Dr. Retha Arjadi, M.Psi. sebagai narasumber dalam webinar yang bertema โ€œSocial Media and Self Worth: Menghadapi Tekanan Standar Sosial Onlineโ€. Dalam webinarnya Dr. Retha menyampaikan bahwa saat ini media sosial, bagaikan pedang bermata dua.

โ€œMedia sosial ini bisa berperan sebagai platform yang memudahkan komunikasi, memberikan hiburan, dan menyediakan informasi dengan cepat dan akurat. Namun, dibalik manfaatnya banyak dari kita yang justru terjebak seperti resiko komunikasi superfisial, maraknya penyebaran hoaks, hingga kecanduan.โ€ Jelas Retha

Mengetahui hal tersebut, maka diperlukan penerimaan diri yang baik sebagai langkah penting dalam menjaga kesehatan mental dan keseimbangan hidup di era digital. Penerimaan diri yang positif memungkinkan seseorang untuk memahami dan menghargai dirinya tanpa harus bergantung pada validasi dari media sosial, yang sering kali dipenuhi dengan standarisasi yang tidak realistis. Dengan demikian, seseorang dapat mengembangkan cara pandang yang lebih sehat terhadap media sosial, menjadikannya sebagai alat komunikasi dan informasi, bukan sebagai tolak ukur nilai diri atau kebahagiaan. 

Dr. Retha juga menjelaskan ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menjaga dan memelihara self-worth loh, sebagai berikut:

Pertama, kita perlu mengingat dan meyakini bahwa apa yang terlihat di media sosial hanyalah sepenggal kecil dari kehidupan seseorang, kita sering kali dibentuk hanya untuk menampilkan sisi terbaik yang dimiliki. Jadikan media sosial sebagai pelengkap, bukan pusat dari kehidupan kita, karena kehidupan sejati ada di dunia nyata. 

Kedua, penting untuk mengenali standar-standar yang mungkin secara tidak sadar kita adopsi dari media sosial. Evaluasilah diri kita dan sesuaikan standar tersebut dengan cara yang realistis dan sesuai dengan nilai-nilai pribadi. 

Ketiga, jika kita mendapati diri mulai membandingkan kehidupan nyata dengan apa yang tampak di media sosial, berhentilah sejenak untuk merenungkan: apa sebenarnya nilai yang kita dapatkan dari interaksi di media sosial? 

Keempat, sadari bahwa dunia maya dan kehidupan nyata adalah dua hal yang berbeda. Di dunia maya, banyak kehidupan yang sengaja dibuat demi popularitas, sedangkan di dunia nyata, kejujuranlah yang membentuk makna kehidupan kita. 

Terakhir, kita bisa mulai mengurangi durasi penggunaan media sosial untuk memberikan ruang lebih bagi diri kita menjalani kehidupan yang lebih bermakna di dunia nyata. Dengan mengalokasikan waktu untuk aktivitas yang membangun, seperti berkumpul dengan keluarga, bertemu teman, mengejar hobi, atau sekadar menikmati waktu sendiri, kita dapat lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dan mendukung pertumbuhan diri. Langkah ini juga membantu mengurangi ketergantungan pada validasi eksternal dari media sosial dan memperkuat rasa percaya diri yang bersumber dari dalam diri.

Dengan diselenggarakannya webinar ini pada Jumat (1/17), diharapkan mampu membantu teman-teman mahasiswa untuk memahami cara membangun penerimaan diri yang positif, mengelola ekspektasi terhadap media sosial, dan menciptakan hubungan yang sehat dengan teknologi demi kesejahteraan mental dan emosional. 

Penulis: Aprilia Sekar N | Editor: Adrian Wiranata | Foto: Public Relations

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *