Telkom University – Sering kali, kita terlalu sibuk dengan rutinitas sehari-hari hingga tidak menyadari bahwa tubuh dan pikiran kita memberi tanda-tanda kelelahan yang serius. Burnout tidak selalu muncul dengan gejala yang jelas dan sering kali diabaikan. Kondisi ini bisa memengaruhi produktivitas, kesehatan mental, dan kualitas hidup tanpa kita sadari. Dalam artikel ini, kita akan membahas tanda-tanda burnout yang jarang diperhatikan, yang mungkin sedang kamu alami tanpa menyadarinya.
Apa itu Burnout?
Burnout merupakan keadaan di mana kamu mengalami stress yang cukup berat sehingga mengalami kelelahan mental, fisik, serta emosi akibat tuntutan akademik yang berkepanjangan, berlarut, sehingga kamu tidak sadar bahwa kamu sudah kehabisan tenaga dan hilang semangat untuk kuliah.
World Health Organization (WHO) telah menggambarkan burnout sebagai sebuah fenomena yang diakibatkan oleh stress di tempat kerja. Sayangnya, burnout seringkali tak disadari. Padahal, dampak stress tidak hanya mengganggu kejiwaan, tapi juga berdampak pada kesehatan fisik secara menyeluruh. Di saat stress, tubuh akan merespon dengan meningkatnya kadar hormon stress seperti kortisol, adrenalin, epinefrin, dan neropinefrin. Seiring dengan berjalannya waktu, tentunya perubahan tersebut akan merugikan tubuh. Kondisi ini akan membuat detak jantuk dan tekanan darah meningkat, pernafasan meningkat, serta otot menjadi tegang. Untuk itu, artikel ini akan menjelaskan beberapa tanda burnout yang perlu diwaspadai. Coba simak, ya!
Baca Juga: Apa Itu Overwhelmed Dalam Psikologi dan Cara Mengatasinya saat Menjadi Mahasiswa Baru
Tahapan Burnout
1. Honeymooon Phase
Pernahkah kamu mengalami hari-hari pertama kuliah di saat segalanya terasa mudah, tugas teasa menyenangkan, dan seolah kamu sudah bersahabat dengan semua to-do-list kamu? Mungkin kamu belum tahu, tetapi tahapan tanpa stress ini dikenal sebagai Honeymon Phase. Ini merupakan tahapan stress yang baik.
Sama seperti fase honeymoon dalam pernikahan, fase ini hadir dengan energi dan optimisme. Tanpa sendiri kamu akan membuat ekspektasi sendiri dalam menyelesaikan semua tugas dan aktivitasmu. Di tengah semangatmu itu, semakin lama kamu mulai mengalami tekanan karena bertambahnya tugas yang harus kamu selesaikan, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang harus kamu jalanin. Apabila kamu terus melakukan ini tanpa menimbang waktu dan energi, kamu rawan mengalami tahap selanjutnya, yaitu Onset of Stress.
2. Onset of Stress
Honeymon Phase sudah meredup dan kamu mulai mengalami Onset of Stress. Dalam tahapan burnout ini, kamu mulai merasa excitement dan optimism mulai memudar seiring dengan banyaknya masalah yang datang. Seiring dengan banyaknya masalah yang melanda dan silih berganti, tekanan dan stress mulai meningkat. Hal ini memungkinkanmu mulai merasa kesulitan dalam memenuhi tuntutan akademik. Tahapan ini berpengaruh pada kesehatan fisik, mental, dan emosional. Orang yang mengalami fase ini bisa tiba-tiba cemas, sakit kepala, takut mengambil keputusan, dan insomnia.
3. Chronic Stress
Tahap ketiga dari burnout adalah stress kronis. Sama seperti namanya, seseorang yang mengalami Chronic Stress mulai merasa stress yang lebih berat. Pada tahapan ini kita mulai mengalami perubahan nyata yang dipengaruhi oleh tingkat stress, serta kehilangan motivasi untuk menyelesaikan tanggung jawab. Berbagai gejala yang sebelumnya terasa lebih intens. Motivasi yang mulanya tinggi akan semakin menurun jauh pada tahap ini.
4. Burnout Phase
Memasuki tahap keempat, itu tahap Burnout itu sendiri. Tahapan burnout ini adalah saat kamu sudah mencapai batas, dan tidak dapat beraktivitas lagi seperti biasanya. Segala kegiatan dan masalah yang ada di perkuliahan mulai menguasai pikiran. Keadaan semakin sulit untuk diatasi. Burnout terkadang membuat seseorang mati rasa dan meragukan dirinya sendiri. Gejala fisik akan terjadi semakin intens, seperti sakit kepala berkepanjangan atau gangguan pencernaan. Orang-orang terdekatmu juga mungkin memperhatikan perubahan pikiranmu.
Baca Juga: Cara Belajar Efektif dan Efisien Dari Sisi Pandang Psikologi
5. Habitual Burnout Phase
Setelah melewati tahapan burnout, selanjutnya burnout tersebut akan menjadi kebiasaan atau tahapan Habitual Burnout yang menjadi tahapan akhir. Hal ini menandakan bahwa rasa lelah dan stress sudah mulai melekat.
Apa Yang Harus Dilakukan?
1. Buatlah Skala Prioritas
Di saat kamu sudah tau apa yang harus kamu lakukan, dan kapan harus meyelesaikannya, rasa kebingungan dan ketidakpastian berkurang. Hal ini dapat membantu mengurangi stress yang disebabkan oleh tugas yang menumpuk. Dengan menempatkan tugas yang paling penting di awal dan memberikan waktu istirahat untuk diri sendiri pun bisa membantumu terhindar dari rasa lelah. Adanya daftar prioritas dapat membantu menyeimbangkan antara tugas akademik, dan keperluan pribadi.
2. Berikan Waktu Istirahat Bagi Tubuh dan Pikiran
Bagi sebagian orang, stress dapat menyebabkan kurang tidur. Apabila hal ini terus berlanjut, kamu bisa menjadi stress, sulit fokus dalam menjalankan aktivitas akademik, dan berakhir burnout. Kurang tidur dapat meningkatkan berbagai masalah kesehatan serius, seperti vertigo, kardiosvakular, dan darah tinggi. Karena dampak tersebut tidak bisa diabaikan, pastikan kamu mendapatkan waktu istirahat yang cukup, yaitu 7-8 jam setiap malamnya. Walau tugas dan kegiatan yang harus dilakukan kian menumpuk, jangan lupa untuk memberikan istirahat untuk tubuh dan pikiranmu. Istirahat merupakan salah satu tips paling efektif untuk menghindari burnout karena memberi waktu dan pikiran waktu yang diperlukan untuk pulih.
3. Hindari Sistem Kebut Semalam
Burnout bisa disebabkan karena kamu begadang menyelesaikan tugas secara mendadak menjelang deadline. Sebab, jam belajar atau kerja yang panjang tanpa jeda dapat menyebabkan stress fisik dan mental. Tubuh dan otak membutuhkan istirahat yang cukup agar berfungsi optimal, dan Sistem Kebut Semalam (SKS) dapat menyebabkan kelelahan, kurang tidur, bahkan masalah kesehatan apabila dilakukan secara terus-menerus.
Yuk, kita perbaiki kebiasaan SKS ini. Biasakan diri untuk mencicil tugas atau belajar untuk menghadapi ujian. Dengan itu, kamu apat lebih leluasa untuk mengatur waktumu, dan beban yang ada bisa kamu bagi ke dalam beberapa waktu tanpa perlu kamu kerjakan dalam satu malam saja.
4. Berolahraga
Apabila kamu rutin meluangkan waktu untuk berolahraga minimal 15 menit sehari, tubuh akan menghasilkan hormon bahagia (Endorfin) yang dapat membuat tubuh lebih rileks. Di saat merasa rileks, tubuh dan pikiran akan lebih siap untuk menghadapi tantangan sehari-hari, sehingga dapat meminimalisir resiko burnout. Selain itu, badan juga lebih sehat dan bugar. Kamu akan lebih semangat menjalani hari-hari dengan segala tantangan yang sudah menanti.
5. Lakukan Hal yang Kamu Sukai
Melakukan kegiatan yang membuatmu nyaman cukup efektif untuk mengindarimu dari Burnout. Coba lakukan kegiatan yang membuatmu lupa terhadap waktu dan terasa bahagia di saat melakukannya, misalnya bermain musik, memasak, melukis dan lainnya yang dapat kamu habiskan sesuai dengan keinginanmu sendiri.
6. Kelilingi Dirimu Dengan Orang-Orang Positif
Saat Burnout, kamu akan kesulitan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan optimal. Hal ini berdampak terhadap performamu di perkuliahan atau tempatmu bekerja. Maka dari itu, jangan sungkan untuk menyampaikan apa yang sedang kamu rasakan kepada kerabat terdekatmu. Dengan ini, kamu akan merasa lebih lega.
7. Konsultasi Dengan Psikolog
Di saat mengalami burnout, jangan sungkan untuk menemui psikolog atau profesional kesehatan mental. Bekerja sama dengan psikolog dapat membantu kamu mendapatkan kendali atas kesehatan mentalmu. Selain itu, pergi mencari bantuan psikolog juga mencegahmu dari self-diagnose yang mungkin saja dapat berdampak negatif karena salah persepsi.
S1 Psikologi Telkom University
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari pikiran, perasaan, perilaku sehari-hari, serta proses mental manusia. Meskipun banyak orang menanggap disiplin ilmu ini sebagai bidang khusus yang hanya relevan hanya bagi profesional, pemahaman tentang psikologi memiliki manfaat yang signifikan bagi kehidupan sehari-hari. Pemahaman ini memberi dampak positif yang luas dan signifikan dalam banyak hal. Maka dari itu, lapangan pekerjaan untuk lulusan teknologi selalu terbuka luas.
Apabila kamu tertarik memahami ilmu Psychology, jurusan S1 Digital Psychology Telkom University (Tel-U) hadir untukmu! Kurikulum Program Studi S1 Psikologi menggabungkan ilmu psikologi dengan ilmu komputer. Dengan demikian, setelah lulus mahasiswa dapat mengembangkan solusi berbasis teknologi guna mendukung kesejahteraan mental masyarakat Indonesia dan dunia global.
Penulis: Adinda Cantika Putri | Editor: Adrian Wiranata | Foto: Public Relations