Tel-U dan Kominfo Gelar Konferensi Membahas Praktik Terbaik Penetapan Harga, Lisensi, dan Pembaruan Spektrum

Tel U dan Kominfo Gelar Konferensi Membahas Praktik Terbaik Penetapan Harga Lisensi dan Pembaruan Spektrum

Jakarta, 24 April 2024 – Sebagai kampus yang memiliki slogan Contribute To The Nation and The World. Telkom University (Tel-U) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia (RI) menjadi tuan rumah perhelatan The 10th Asia-Pacific Spectrum Management Conference (APSMC) 2024. Conference yang rutin digelar oleh ForumGlobal kali ini diselenggarakan selama 2 hari dengan menghadirkan berbagai pembicara yang dibagi menjadi 11 sesi. 

Salah satu sesi nya membahas mengenai spectrum awards masterclass: praktik terbaik dalam penetapan harga, lisensi, dan pembaruan spektrum dengan menghadirkan 3 pembicara yakni, Hans-Martin Ihle yang menjabat sebagai Managing Director dari NERA, Stefan Zehle selaku CEO dari Coleago Consulting, serta Yi Shen Chan selaku Director dari Spectrum, APAC, GSMA.  

Dalam pemaparannya, Hans-Martin Ihle memberikan gambaran umum tentang pemberian lisensi spektrum di Asia Pasifik pada tahun 2022. Dia menyoroti bagaimana berbagai negara seperti China, India, Bangladesh, Australia, Korea Selatan, Jepang, Vietnam, Indonesia, dan Selandia Baru memberikan lisensi spektrum dengan pendekatan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan lokal. Sebagian besar regulator utama cenderung menggunakan lelang sebagai metode utama untuk mengalokasikan spektrum, dengan preferensi terhadap teknik lelang simultan multi-putaran seperti lelang jam untuk penjualan lisensi dalam jumlah besar secara bersamaan. Pendekatan lelang dapat disesuaikan untuk mencapai berbagai tujuan, baik bagi regulator maupun operator, dengan regulator utama memberikan prioritas pada efisiensi dan penyediaan layanan daripada sekadar pendapatan. 

Di masa 4G, penawaran spektrum sering kali mengalami peningkatan harga untuk frekuensi yang lebih tinggi, tetapi dengan masuknya era 5G, trennya bergeser menjadi harga spektrum yang cenderung lebih terjangkau, terutama untuk frekuensi yang lebih tinggi, karena terjadi konvergensi. Lelang tanpa uang tunai melibatkan penawaran yang bersaing berdasarkan kriteria lain selain uang, seperti cakupan. Pentingnya kriteria penawaran yang obyektif dan berimbang sangat ditekankan untuk menghindari lelang yang berpotensi menjadi seperti kontes kecantikan. Meskipun operator tetap harus membayar tunai untuk spektrum dalam lelang, mekanisme dapat diterapkan untuk mengembalikan pembayaran tersebut kepada industri sebagai kompensasi atas pemenuhan kewajiban yang ditetapkan. 

Pada sesi ini juga Stefen Zehle dari Coleago Consulting yang merupakan pembicara selanjutnya menjelaskan bahwa lelang spektrum efisien dalam alokasi frekuensi dan menghasilkan pendapatan signifikan bagi negara, terutama bagi negara-negara dengan pajak pendapatan dasar yang rendah, di mana pendapatan dari lelang spektrum menjadi sumber dana yang penting bagi anggaran negara. Namun, beberapa nega`ra menerapkan biaya tahunan tambahan, yang tidak memiliki dasar rasional dalam meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum. Zehle menekankan bahwa nilai spektrum pada tahap kematangan siklus hidup industri seluler terletak pada manfaat yang diterima oleh konsumen, bukan investor. Untuk menjaga pasar yang kompetitif, penting untuk mendistribusikan spektrum secara adil antara operator, karena biaya spektrum dapat memberikan beban yang tidak proporsional pada operator dengan pangsa pasar yang rendah. Dalam beberapa kasus, seperti di Meksiko, biaya spektrum yang tinggi telah menyebabkan kehancuran kompetisi berbasis jaringan, karena operator dengan pangsa pasar yang rendah mengalami kesulitan dalam menjaga keberlanjutan bisnis mereka. 

Terakhir, Yishen Chan, sebagai pembicara selanjutnya, mengungkapkan bahwa tingginya harga spektrum memiliki dampak negatif pada kecepatan implementasi, cakupan layanan, harga bagi konsumen, dan tingkat adopsi. Dia memberikan beberapa rekomendasi kebijakan terkait harga spektrum, termasuk: 

  1. Menetapkan harga cadangan dan biaya tahunan yang sederhana dan membiarkan pasar menentukan harga secara efektif. 
  2. Mempertimbangkan mekanisme yang memungkinkan operator untuk menukar biaya spektrum dengan komitmen investasi. 
  3. Mengeluarkan lisensi spektrum sesegera mungkin untuk menghindari kelangkaan spektrum. 
  4. Menghindari langkah-langkah yang meningkatkan risiko operator dan mengancam nilai pasar mereka. 
  5. Merancang peta jalan jangka panjang yang mengutamakan kesejahteraan masyarakat daripada pendapatan negara. 

Dengan adanya sesi ini, diharapkan dapat menjadi kontribusi nyata dari Tel-U untuk Indonesia agar siap untuk melakukan praktik terbaik dalam penetapan harga, lisensi, dan pembaruan spektrum.

Penulis: Rifqi Fauzi | Editor: Adrian Wiranata | Foto Public Relations

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *