Transformasi Identitas Remaja Keluarga Cerai

(Studi Fenomenologi tentang Konsep Diri Remaja melalui Komunikasi Antarpribadi Setelah Perceraian Kedua Orangtua di Kota Bandung)

Peneliti : Dr. Lucy Pujasari Supratman, S.S., M.Si.
Promotor : Prof. H. Deddy mulyana, M.A., Ph.D
Dr. Hj. Siti Karlinah, M.Si
Dr. H. Dede Mulkan, M.Si

Setelah menempuh masa studi selama 3 tahun, Lucy dapat menyelesaikan studi Doktor di Universitras Padjajaran dengan kategori Doktor termuda. Lucy meraih Ipk 3,76 dengan predikat sangat memuaskan.
Kajian disertasi yang yang diangkat Lucy lebih kedalam perspektif psikologi komunikasi. Seperti diungkapkan oleh Lucy “Transformasi manusia remaja akhir yang memiliki permasalahan keluarga bercerai, namun mereka dapat dikategorikan sebagai manusia yang berhasi di masa yang akan datang”.

Dipilihnya remaja akhir sebagai narasumber dalam penelitian Lucy, dikarenakan “remaja akhir sebagai remaja yang akan masuk kedalam fase dewasa awal. Remaja itu akan menentukan kehidupan mereka kedepan”, ujar Lucy.

Abstrak
Remaja sebagai anggota keluarga yang ikut menjadi bagian dari perceraian masih minim untuk diangkat dalam penelitian-penelitian di bidang komunikasi antarpribadi.Penelitian tersebut lebih memfokuskan pada pengaruh serta dampak dari perceraian. Sedangkan tujuan penulis melakukan penelitian ini untuk mengungkapkan pengalaman dan pemaknaan remaja dari keluarga bercerai, serta menggali komunikasi remaja dalam melakukan komunikasi antarpribadi dengan ayah atau ibu sebelum dan setelah perceraian kedua orangtua.

Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan dalam penelitian ini berjumlah dua puluh remaja dari keluarga bercerai yang diambil secara snowball sampling dan purposive sampling. Teknik pengumpulan data memakai teknik wawancara mendalam untuk menggali data dari informan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman remaja berada dalam keluarga bercerai adalah masa sulit. Pengalaman menjadi remaja terlantar dikomunikasikan secara verbal dan nonverbal menggunakan bahasa mengkritik, mengabaikan, dan kekakuan. Remaja terlantar secara nonverbal diperlihatkan dengan cara membentak orangtua, pelarian diri, dan penampilan negatif. Transformasi diri remaja terlantar menjadi remaja tercerahkan terjadi setelah kedua orangtua akhirnya memutuskan bercerai. Komunikasi verbal remaja tercerahkan adalah bahasa motivatif dan keterbukaan. Sedangkan secara non verbal yaitu mengikuti nasihat, penuh kenyamanan, dan penampilan positif.

Komunikasi terbuka antara single parent dan remaja lebih kental terasa setelah masa perceraian terjadi. Panasea dari model komunitasi terbuka ini membuat remaja tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan diri. Alih-alih mengalami pengalaman komunikasi ofensif sebelum perceraian kedua orangtua, remaja justru mendapatkan pengalaman komunikai empatik dari orangtua tunggal setelah perceraian. Mereka menjadi remaja-remaja yang memiliki nilai kebaikan dalam konsep diri Religius, Independen, Futuristik dan Maturitas.

Kata kunci: Komunikasi Antarpribadi, Transformasi Identitas, Remaja, Perceraian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *