Kupas Tuntas Manajemen Pengelolaan Koeksistensi Sistem GSO dan NGSO Dalam Diskusi APSMC 2024

Kupas Tuntas Manajemen Pengelolaan Koeksistensi Sistem GSO dan NGSO Dalam Diskusi APSMC 2024

Jakarta, 24 April 2024 – Pada sesi sepuluh dalam rangkaian The 10th Asia-Pacific (APAC) Spectrum Management Conference (APSMC), pembahasan yang diulas adalah kerangka kerja regulasi saat ini dan peraturan perizinan yang mengatur akses ke spektrum untuk satelit. Sesi ini digelar pada hari kedua pelaksanaan APSMC, Rabu (24/4) di Pullman, Thamrin CBD, Jakarta. 

Hans-Martin Ihle sebagai moderator mengawali sesi ini dengan menjelaskan bahwa secara keseluruhan ekspansi konstelasi satelit NGSO yang pesat, seperti yang dicontohkan oleh rencana Starlink dan Amazon, berpotensi menyebabkan kepadatan berlebih di Low Earth Orbit (LEO). Dengan skenario gangguan yang kompleks dan perlunya pengelolaan yang efektif, langkah-langkah mitigasi, dan memastikan pemanfaatan spektrum yang efisien dan meminimalkan konflik kepentingan bersama.  

Mengulas hal ini lebih lanjut, terdapat tiga panelis yang dipertemukan untuk mendiskusikan teknis, tantangan, serta peraturan dan solusi dari koeksistensi sistem GSO (Geostationary Satellite Operator) dan NGSO (Non-Geostationary Satellite Operator) yang berbeda. Ketiga panelis tersebut ialah Surya Wahyuni, Head of Satellite Management, Ministry of Communications and Informatics (MCI), Indonesia; Cristian Gomez, Senior Director – Government & Regulatory Affairs, Asia Pacific, Viasat; dan Chris Hofer, International Team Lead for Project Kuiper, Amazon. 

Mengawali sesi diskusi, Chris Hofer menjelaskan bahwa koordinasi satelit diperlukan dalam beberapa kasus, terutama saat melakukan koordinasi dengan GSO dan NGSO lainnya. Salah satu metode yang digunakan dalam koordinasi adalah dengan mengembangkan Zona Koordinasi di sekitar Gateway, di mana jarak antara stasiun-stasiun yang terletak di luar zona tersebut tidak memerlukan koordinasi yang ketat. Namun, ketika jarak semakin dekat, perlindungan berdasarkan pemisahan sudut (angular separation) diterapkan. Ia menekankan pentingnya untuk tidak menyebabkan interferensi yang merugikan antara sistem satelit agar spektrum dapat dibagi secara efektif dan saling menguntungkan.  

Panelis berikutnya, yaitu Surya Wahyuni, menyoroti adanya peningkatan permintaan layanan satelit di Indonesia dan kebutuhan untuk menjembatani kesenjangan antara pasokan dan permintaan. Diperkenalkannya konsep kapasitas nasional  mendorong penyedia satelit Indonesia dan asing untuk berinvestasi pada infrastruktur di Indonesia melalui insentif. 

Terakhir, Cristian Gomez dalam presentasinya membahas lebih dalam isu koeksisten NGSO ke NGSO dan NGSO ke GSO. Menurut Gomez, sebelum tahun 2019, koeksistensi antara jaringan NGSO bukanlah suatu masalah, tetapi terdapat perubahan signifikan pada tahun tersebut terkait munculnya mega konstelasi. 

“Alat dan metodologi yang digunakan sebelumnya untuk mengukur konsumsi sumber daya tidak lagi cocok, dan ada beberapa isu yang belum terselesaikan, seperti pengajuan pemisahan dan penyalahgunaan batas EPFD tunggal. Regulator seharusnya dapat mempertimbangkan evaluasi independen, karena sulit untuk mendapatkan hasil yang akurat melalui perangkat lunak ITU,” ujar Gomez. 

APSMC sebagai bagian dari The Global Spectrum Series merupakan kolaborasi antara Telkom University (Tel-U) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), dan ForumGlobal.

Penulis: Aqila Zahra | Editor: Adrian Wiranata | Foto: Public Relations

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *