Bandung, 11 Oktober 2024 – Budaya ngopi kini seakan jadi bagian dari gaya hidup. Bagi mahasiswa sendiri, kedai kopi kerap jadi opsi tempat untuk berbagai aktivitas. Untuk sekadar bersantai, mengerjakan tugas, hingga berkumpul dalam forum. Hal tersebut menjadi sebab menjamurnya kedai-kedai kopi di lingkungan kampus. Tidak terkecuali bagi Kopi Merah Putih, sebuah kedai kopi milik alumni Telkom University (Tel-U).
Kopi Merah Putih merupakan kedai kopi yang lahir dari Yayasan Astacala, organisasi berbadan hukum yang menaungi alumni Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Astacala, Tel-U. Namun, sebagai bagian dari Persatuan Mahasiswa Pecinta Alam (PMPA) yang telah berdiri sejak 1992, kedai kopi yang mereka lahirkan tentu bukanlah produk bisnis semata. Kedai Kopi Merah Putih hadir sebagai suatu bagian dari proses konservasi yang mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) di hulu Sungai Citarum.
Pernyataan tersebut dipaparkan oleh Achmad Adam Azzuri, alumni Tel-U angkatan tahun 2018 dari Program Studi S1 Sistem Informasi, Fakultas Rekayasa Industri (FRI), sekaligus bagian dari Yayasan Astacala yang kini menjadi founder dari Kopi Merah Putih.
“Sebagaimana fokus kami dalam menjaga konservasi, kami menyadari bahwa Sungai Citarum sudah tercemar kadar kimia dari hulunya. Kondisi tersebut bahkan mempengaruhi mata pencaharian masyarakat sekitar yang amat bergantung pada Sungai Citarum. Untuk itu, sungai ini membutuhkan solusi berkelanjutan yang tidak hanya menyelesaikan dampak lingkungan, tetapi sisi ekonomi yang turut terdampak. Setelah melakukan pengamatan, kami akhirnya menemukan bahwa kopi adalah sebuah solusi jangka panjang yang sesuai,” ungkap Adam.
Cita rasa otentik yang dihasilkan dari kopi menjadi anugerah bagi kelompok pencinta alam ini. Akhirnya, pada tahun 2018 mereka pun memulai penanaman pohon kopi tersebut bersama kelompok tani masyarakat Desa Cinanggela, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung yang berada di kawasan Gunung Malabar. Komitmen konservasi tersebut dilanjutkan dengan proses pengolahan kopi yang dikelola dengan apik dari hulu ke hilir. Mulai dari penanaman di kebun, pengupasan kulit, penjemuran, penyangraian, hingga disajikan dengan berbagai macam metode seduh sebagai wujud perjuangan bersama dengan masyarakat lokal.
Menurut Adam, Kopi Merah Putih hadir dengan semangat untuk menghasilkan rasa kopi terbaik yang menciptakan semangat dan jiwa nasionalisme bagi mahasiswa.
“Seluruh proses pengolahan kopi sendiri, pendekatan sesama mahasiswa yang menyatukan jiwa nasionalisme, hingga menciptakan “budaya ngopi sebenarnya” yang membuat kopi bukan hanya minuman. Melainkan, sebagai wadah kebersamaan dan interaksi nyata dalam berdiskusi bebas maupun terbatas tanpa WIFI. Hal itulah yang membuat kopi kami dinamai Kopi Merah Putih. Nama yang sangat menggambarkan bendera negara Indonesia tersebut adalah sebuah nilai kebanggaan akan hasil kopi di Indonesia,” jelas Adam, alumni Tel-U yang pernah tergabung dalam Tanjidor (TelUtizen Jadi Ambassador) semasa kuliahnya.
Kini, Kopi Merah Putih telah hadir di tiga lingkungan kampus sekaligus, yakni Tel-U, Bandung; Universitas Indonesia (UI), Depok; dan Universitas Gunadarma, Depok.
“Berkuliah di Telkom University mengajarkan saya bahwa ilmu tidak hanya didapatkan dari ruang kelas. Lebih jauh, saya sangat belajar banyak bersama organisasi saya dalam setiap pengembangan diri, salah satunya usaha kopi.”
“Harapan saya, Kopi Merah Putih tetap berdiri dengan semangat dan visi yang sama sejak awal mula memulainya. Memperbanyak terus cabang tanpa sistem franchise agar tetap bisa mewujudkan misinya selain kepada keuntungan, dan membuka pasar di luar negeri untuk mengenalkan kopi asli negara saya tercinta, Indonesia,” pungkasnya.
Penulis: Aqila Zahra Qonita | Editor: Adrian Wiranata | Foto: Narasumber