Bandung, 17 Oktober 2024 – Open Library Telkom University (Tel-U) sukses menggelar Workshop Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) dalam rangka memperingati International Literacy Day (ILD) pada Senin (14/10) lalu. Kegiatan yang termasuk dalam rangkaian Literacy Event ke-11 ini merupakan wujud nyata komitmen Tel-U dalam mendukung tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4, yaitu Pendidikan Berkualitas, serta poin 10, Berkurangnya Kesenjangan.
Dalam rangka memperkaya pemahaman sivitas akademika mengenai Bahasa Isyarat, penting bagi kita untuk mengetahui perbedaan antara BISINDO dan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) saat mempelajari Bahasa Isyarat. Pemahaman ini penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif di kampus, terutama bagi komunitas Tuli.
Langkah-Langkah untuk Mempelajari Bahasa Isyarat di Tel-U
Bagi sivitas akademika yang ingin memulai mempelajari Bahasa Isyarat, mengikuti pelatihan atau workshop seperti yang diselenggarakan oleh Open Library adalah langkah awal yang baik. Melalui pelatihan ini, peserta diajak untuk memahami dasar-dasar Bahasa Isyarat, sekaligus mendapatkan wawasan tentang pentingnya komunikasi inklusif.
Selain itu, praktik dalam interaksi sehari-hari dengan komunitas Tuli di kampus dapat memperdalam kemampuan bahasa isyarat. Keterlibatan aktif dalam komunitas Tuli atau kelompok-kelompok yang mendukung penggunaan Bahasa Isyarat di lingkungan kampus juga menjadi bagian penting dalam pengembangan keterampilan ini.
Perbedaan Antara BISINDO dan SIBI:
1. BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia):
BISINDO merupakan bahasa isyarat alami yang berkembang secara organik di kalangan komunitas Tuli di Indonesia. Bahasa ini sangat fleksibel dan mengikuti pola komunikasi visual yang lebih spontan dan alami. Setiap daerah di Indonesia bisa memiliki variasi isyarat yang berbeda, namun struktur visual dan gestur yang digunakan tetap serupa dan mudah dipahami oleh komunitas Tuli. Keunggulan BISINDO adalah kemampuannya mencerminkan budaya serta bahasa sehari-hari masyarakat Indonesia, sehingga lebih mudah dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia):
SIBI dikembangkan oleh pemerintah sebagai sistem bahasa isyarat yang lebih terstruktur dan formal. SIBI sering digunakan di lingkungan pendidikan dan memiliki aturan tata bahasa yang mendekati Bahasa Indonesia tulis. Dalam SIBI, penggunaan bahasa isyarat mengikuti urutan tata bahasa formal, seperti subjek, predikat, dan objek. Hal ini menjadikan SIBI lebih kaku dalam penggunaannya dibandingkan dengan BISINDO yang lebih dinamis dan alami.
Dengan memahami perbedaan antara BISINDO dan SIBI, kita diharapkan dapat lebih menghargai keragaman bahasa isyarat yang ada di Indonesia, serta semakin memperkuat komitmen Tel-U dalam menciptakan lingkungan kampus yang inklusif dan menghargai keberagaman.
Melalui kegiatan seperti ini, Tel-U terus berupaya untuk memberikan akses pendidikan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat, serta mendukung terciptanya masyarakat yang lebih inklusif dan berdaya saing.
Penulis: Abdullah Adnan| Editor: Adrian Wiranata | Foto: Public Relations