Dosen Telkom University Berikan Pendampingan Marketing Tools untuk SMK Pariwisata Telkom Bandung

ABDIMAS TEL U 5

Rangkaian kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dosen-dosen Telkom University dalam rangka menyambut Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMK Pariwisata Telkom Bandung masih terus berlanjut. Pada minggu kelimanya kali ini, tim Pengabdian Masyarakat mengangkat topik terkait ‘Penggunaan Marketing Tools untuk Bisnis’ yang dilaksanakan secara onsite di Aula SMK Pariwisata Telkom Bandung pada Kamis (03/02).

Kegiatan yang diselenggarakan secara onsite tersebut meghadirkan dua pembicara dari dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telkom University, yakni Dinda Amanda Z. S.E., M.M dan Refi Rifaldi Windya Giri, S.T., M.B.A.

Sebelum menyampaikan materi Marketing Plan For Better Marketers, Dinda Amanda mengajak para peserta untuk melakukan afirmasi bahwa mereka adalah seorang marketer yang terbaik dan mampu mencapai target agar kepercayaan diri dari para peserta meningkat dan tetap semangat dalam menerima materi.

Dalam pemaparannya, Dinda mengungkapkan perbedaan antara marketing dengan selling. Menurutnya, marketing (pemasaran) adalah proses menentukan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan suatu produk yang memenuhi keinginan dan kebutuhan target pasar untuk meraih tujuan bisnis. Sedangkan selling (penjualan) adalah proses membujuk dan meyakinkan pelanggan untuk membeli produk perusahaan.

“Proses marketing adalah bekerja secara tim dan berkesinambungan, seorang pemasar tidak akan kehilangan arah jika sudah memiliki dan memahami marketing plan, marketing plan membantu seorang pemasar untuk selalu ke arah tujuan yang akan dicapai,” ujar Dinda.

Dinda juga memaparkan bahwa dalam melakukan marketing, terdapat enam pertanyaan yang perlu kita jawab: Dimana letak sekolah kita sekarang? Kita harus bagaimana? Strategi apa yang harus dilakukan? Alat apa saja yang harus digunakan? Siapa yang melaksanakan dan kapan dilaksanakan? Bagaimana cara mengukurnya?

Namun, sebelum menjawab semua itu, kita harus kembali ke dasar apakah kita sudah mengenal sekolah lebih mendalam? apakah nilai-nilai yang dimiliki oleh sekolah kita? siapa lawan dan siapa pembeli atau audiens kita. Setelah mengetahui jawaban dari pertanyaan dasar tersebut, kita dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya.

“Cara menjawab pertanyaan dasar tadi adalah dengan menggunakan analisis SWOT. Dengan analisis tersebut, kita akan mengenal lebih jauh dengan produk yang kita tawarkan. Marketing itu adalah tim, jadi untuk melakukan analisa tersebut kita harus lakukannya secara bersama-sama,” kata Dinda.

Tidak hanya itu, dalam merancang rencana pemasaran pun suatu lembaga perlu mempersiapkan Marketing Mix yang terdiri empat komponen, yaitu produk, harga, promosi, dan tempat.

“Tentu saja tidak ada yang sederhana atau mudah. Tetapi jika Anda mengikuti kerangka kerja di atas, Anda akan dapat merancang rencana pemasaran sekolah yang benar-benar berfungsi,” ujar Dinda.

Materi berikutnya adalah tentang Marketing Program Based on Customer Persona yang disampaikan langsung oleh Refi Rifaldi.

Melanjutkan materi minggu pertama, menurutnya kita harus mengetahui persona tiap orang dengan mengetahui demografi, goals, tantangan dan kebingungan, informasi dan yang mempengaruhinya.

“Dengan adanya student persona/avatar akan memudahkan kita untuk menentukan saluran komunikasi dan konten yang akan diberikan kepada target market,” ungkap Refi.

Setelah mengetahui personanya, kita dapat menentukan planning yang disesuaikan antara alat promosi dengan masing-masing target audiens.

“Kita juga harus memahami ada di tahap mana dalam admission funnel. Dalam admission funnel terdapat enam tahap yang dimulai dengan kesadaran, selanjutnya minat, pertimbangan, maksud, evaluasi, dan diakhiri dengan pendaftaran,” ujar Refi.

Tak hanya itu, Refi juga menambahkan bahwa kita perlu mengetahui taktik marketing seperti apa yang harus digunakan.

“Jika dilakukan secara online, maka dapat dengan cara mengunggah konten sesuai dengan penelitian, apakah kita harus mengunggah satu hari satu konten atau satu koten dalam beberapa hari, lalu mengguah konten yang menaikan ketertarikan dalam media sosial kita. Lalu jika dilakukan secara offline, maka dapat rutin berkomunikasi dengan komunitas, mengadakan pelatihan di dalam sekolah atau melakukan penawaran menarik,” tambah Refi dalam pemaparan materinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *