Telkom University Ciptakan Inovasi ‘De-Lansia’ Untuk Hadapi Aging Population

Template Berita Tel U

Dosen Telkom University berhasil ciptakan sebuah alat inovasi untuk monitoring aktivitas lansia bernama De-Lansia, yaitu sebuah teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT). De-Lansia merupakan nama baru dari yang sebelumnya bernama e-Care Lansia yang berubah menjadi Tech-Care Lansia, adalah suatu produk yang dapat dipakai oleh lansia yang bertujuan untuk mencegah kemungkinan jatuh pada lansia dalam aktivitas sehari-hari serta memberikan notifikasi dan informasi real-time jika lansia terjatuh melalui aplikasi di smartphone dengan mengeluarkan suara (buzzer) sebagai peringatan.

Aplikasi ini kembangkan oleh tim yang diketuai oleh Husneni Mukhtar, S.Si., M.T, Ph.D. dari Fakultas Teknik Elektro Telkom University bekerjasama dengan mitra fasilitator Tim Dokter Geriatri Rumah Sakit Hasan Sadikin – Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran yang didanai oleh Program Matching Fund (MF) Kedaireka Kemenristekdikti dan bekerja sama dengan PT. Dycodex Nusantara.

Husneni menjelaskan bahwa De-Lansia dilengkapi dengan sebuah aplikasi berbasis smartphone yang digunakan oleh keluarga lansia, caregiver dan dokter yang dapat memberikan informasi berupa aktivitas lansia seperti berdiri, berjalan atau duduk dan notifikasi saat lansia terjatuh berupa pop-up notification dan foto situasi sekitar lansia. De-Lansia memiliki fitur yang menampilkan status jalan dan risiko jatuh kecil saat pengguna alat dalam kondisi stabil, fitur menampilkan status tidak stabil atau jatuh dan risiko jatuh besar saat pengguna alat dalam kondisi tidak stabil dan informasi status koneksi perangkat yang ada pada lansia serta indikator baterai perangkat yang digunakan pada lansia.

“Penggunaan alatnya dibuat sederhana yaitu berupa kalung yang digunakan oleh lansia saat akan melakukan aktivas. Keluarga atau caregiver dapat mengetahui, memantau aktivitas lansia melalui aplikasi di smartphone serta dapat mengetahui posisi lansia jika lansia berada diluar rumah. De-Lansia juga dapat membantu dokter untuk memperoleh informasi perkembangan dan perubahan aktivitas lansia sebagai penunjang kebutuhan anamnesa, analisis, treatment ataupun rehabilitasi,” jelas Husneni.

Husneni Mukhtar menambahkan bahwa berdasarkan data, Indonesia telah memasuki kondisi struktur aging-population yaitu sepuluh persen populasi penduduknya adalah lansia. Kondisi ini akan terus bertambah dan diprediksi minimal 13 sampai 15 persen penduduk Indonesia adalah lansia ditahun 2030. Diprediksikan di tahun 2035-2045 adalah puncak bonus demografi yaitu seperempat populasi Indonesia didominasi oleh lansia.

Pada bidang kesehatan, selain penyakit penurunan kesehatan, kondisi usia lanjut juga membawa kepada beberapa faktor beresiko, salah satunya adalah faktor risiko utama untuk jatuh yang beresiko kematian atau cedera serius paling tinggi akibat jatuh dan risiko meningkat seiring bertambahnya usia. Risiko jatuh dan penurunan kesehatan lansia ini perlu dicegah sedini mungkin oleh semua pihak dengan cara promotif, preventif, kuratif dan pemulihan agar kualitas hidup lansia meningkat.

Era aging-population atau aging-society ini harus dipersiapkan dengan serius terkait hadirnya warga negara berusia tua. Apabila Indonesia tidak segera bersiap menyambut hadirnya aging-population, dikhawatirkan negara akan menanggung beban biaya yang tidak sedikit. Lebih lanjut, penelitian ini dapat ikut mensukseskan Strategi nasional Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Lansia 2020-2024 untuk tercapainya Lansia yang Sehat, Mandiri, Aktif dan Produktif (SMART).

“Kita semua berharap bahwa negara Indonesia dapat memberikan hidup dan kesehatan yang lebih layak di masa tuanya lansia sehingga menunjukkan kualitas hidup masyarakat dan kesiapan suatu negara dalam menghadapi era populasi tua atau aging population.”

Penulis: Sonia Dewi | Editor: Daris Maulana | Foto: Public Relations

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *