Haylingo: Kecerdasan Buatan Yang Membantu Pembelajaran Bahasa Asing

Haylingo

Pandemi COVID-19 tidak selamanya membawa pengaruh yang buruk kepada masyarakat, justru banyak bisnis yang mulai beralih ke teknologi digital. Hal ini juga masuk kedalam sektor pembelajaran bahasa asing yang menerapkan digitalisasi untuk dapat memudahkan masyarakat mempelajari bahasa asing dengan lebih leluasa, terutama Bahasa Inggris. Melihat hal tersebut, tim mahasiswa tingkat akhir dari Telkom University berhasil menciptakan Startup HayLingo, yaitu sebuah aplikasi yang menerapkan pembelajaran bahasa ke melalui Artificial Intelligence (AI).

Startup HayLingo merupakan sebuah startup yang berjalan pada industri pembelajaran Bahasa asing yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan chatbot dan terintegrasi dengan platform Facebook Messenger yang bertujuan agar pengguna dapat menambah wawasan dan pengalaman pembelajaran Bahasa asing serta dapat berbicara secara fasih dalam bahasa yang dipelajari. HayLingo memberikan sebuah kesempatan kepada berbagai kalangan masyarakat, baik di Indonesia maupun di luar negeri, untuk dapat mempelajari bahasa asing yang diinginkan dari awal belajar sampai menjadi fasih, baik untuk kepentingan pribadi mereka sendiri maupun untuk kepentingan eksternal lainnya seperti mencari pekerjaan di luar negeri atau melanjutkan studi di luar negeri. Startup ini lahir untuk memberikan solusi pembelajaran bahasa asing yang lebih mudah kepada masyarakat.

Startup HayLingo diciptakan oleh tim dari Mahasiswa Telkom University yaitu, Dimas Nashiruddin Al Faruq sebagai Founder; Muhammad Rayhan Alifinzi Ghiffari sebagai Co-Founder dan Muhammad Sulthan sebagai Co-Founder. Kemunculan HayLingo memiliki tujuan membawa pembelajaran bahasa asing to-the-next level dengan mempraktekkan Bahasa tersebut langsung dengan kecerdasan buatan chatbot yang dimiliki HayLingo dan atau dengan sesama manusia dari seluruh dunia.

Model bisnis startup ini adalah pemodelan bisnis digitized language learning application yang berbasis pada Facebook Messenger dan mobile platform. Dengan adanya pintu kesempatan yang terbuka lebar dalam digitized language learning industry serta timing yang tepat pada saat masa pandemic COVID-19, HayLingo hadir untuk dapat mengubah kebiasaan masyarakat menjadi terbiasa dengan pembelajaran secara daring dengan fitur-fitur yang dapat memudahkan para penggunanya.

Dimas selaku Founder menjelaskan bahwa startup HayLingo lahir dengan alasan bahwa founder dari startup memiliki keinginan untuk dapat fasih dalam hal pembelajaran dan menjadi fasih dalam berbicara bahasa asing, terutama Bahasa Inggris

“HayLingo menerapkan sistem berbicara dan belajar Bahasa dengan chatbot dan secara langsung berbicara atau chatting dengan pengguna lainnya dari berbagai negara,” jelasnya.

Model bisnis startup yang diusulkan oleh startup HayLingo adalah menciptakan sebuah aplikasi yang dapat membantu masyarakat umum yang ingin mempelajari suatu bahasa asing, untuk tahapan awal yaitu memberikan pembelajaran Bahasa Inggris dan menjadi fasih dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tersebut dengan mudah.

Rayhan selaku Co-Founder menambahkan bahwa aplikasi HayLingo saat ini masih menggunakan platform FaceBook Messenger, yang bertujuan untuk dapat menarik pangsa pasar language enthusiasts dari berbagai grup dan komunitas pembelajaran bahasa asing di seluruh dunia yang berada di media sosial FaceBook.

“Platform media sosial FaceBook juga dapat dikatakan ‘ramah’ dengan chatbot setelah FaceBook membuka akses yang lebih bebas untuk chatbot yang masuk kedalam media sosialnya, dimana keuntungan dengan memiliki sebuah chatbot FaceBook berdampak pada interaksi dari pembuat chatbot tersebut dan target usernya.”

“Untuk kedepannya HayLingo memiliki sebuah rencana untuk menambah banyak fitur untuk para premium user, yaitu seperti menambahkan fitur pengecekan grammar seseorang dalam percakapan, kata-kata yang sedang trend dan populer saat ini yang sesuai dengan bahasa yang ingin dipelajari, chatroom yang terkhususkan untuk para premium user dan lainnya. HayLingo memiliki rencana untuk menggaet user yang tidak membeli dan menggunakan premium agar mulai membelinya, salah satunya dengan memberikan beberapa testimoni dan showcase fitur premium yang berupa video dalam sebuah iklan dalam media sosial, terutama Facebook,” jelas Rayhan.

Penulis: Sonia Dewi | Editor: Daris Maulana | Foto: HayLingo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *