Resmi! Prof. Achmad Rizal Menjadi Guru Besar Instrumentasi Biomedis Telkom University 

Resmi! Prof Achmad Rizal Menjadi Guru Besar Instrumentasi Biomedis Telkom University

Telkom University (Tel-U) mengukuhkan tiga guru besar, salah satunya adalah Guru Besar Instrumentasi Biomedis dari Fakultas Teknik Elektro (FTE), yaitu Prof. Dr. Achmad Rizal, S.T., M.T. Pengukuhan ini diselenggarakan dalam Sidang Terbuka Senat Universitas Telkom di Gedung Damar pada Selasa (19/12). 

Prof. Achmad Rizal, akademisi unggul di bidang teknik biomedis, telah mempublikasikan 94 artikel ilmiah terindeks di Scopus dengan H-Index 12. Selain menjadi reviewer aktif di jurnal internasional dan nasional, beliau juga menjadi salah satu member Editorial Board pada tiga jurnal nasional.  

Di samping prestasinya dalam dunia akademis, Prof. Achmad Rizal juga menunjukkan kecintaannya pada seni dan kebudayaan, menciptakan harmoni antara dedikasi akademis dan apresiasi terhadap nilai-nilai budaya dan seni. Bahkan ia menggemari seni pertunjukan komedi atau stand up comedy. 

Di hadapan para hadirin, Prof. Achmad Rizal, yang memusatkan penelitiannya pada bidang teknik biomedis termasuk biomedical signal processing, image processing, dan instrumentation. Ia  menyampaikan orasi dengan judul “Eksplorasi Penggunaan Metode Pengolahan Sinyal 2 Dimensi untuk Ekstraksi Ciri Sinyal Biomedis 1 Dimensi”. 

Ia menjelaskan bahwa sinyal biomedis adalah hasil dari proses fisiologi di dalam tubuh manusia. Sinyal yang berasal dari dalam tubuh tersebut mengandung informasi terkait tingkat kesehatan seseorang. Pengolahan sinyal biomedis bertujuan untuk mengurangi efek yang mungkin terjadi selama proses pengumpulan data (derau, ketidaklinearan, zero drift, dan lain-lain) atau untuk memahami proses yang terjadi pada organ terkait. 

“Modifikasi metode pengolahan citra bisa digunakan untuk mengolah sinyal satu dimensi ini. Paparan ini merangkum beberapa penelitian yang telah saya laksanakan selama ini dan dipublikasikan pada banyak artikel pada konferensi ilmiah internasional maupun nasional terindeks.” jelas Prof Achmad Rizal. 

Secara sederhana, ada tiga skenario untuk mengolah citra pada sinyal satu dimensi. Pertama, jika sinyal biomedis diakuisisi dengan N kanal dan M sampel data, maka matriks N x M tersebut dapat dianggap sebagai citra yang memungkinkan dilakukannya proses pengelolaan citra selanjutnya. Kedua, pada sinyal satu dimensi, dapat dilakukan transformasi domain time-frequency untuk menghasilkan sinyal 2 dimensi. Metode umum yang digunakan adalah Short-time Fourier Transform (STFT), yang menghasilkan spektogram dari sinyal. Sementara metode ketiga melibatkan kebalikan dari pendekatan tersebut, yaitu modifikasi metode dua dimensi agar dapat diterapkan pada analisis satu dimensi. 

Berikutnya, Prof. Achmad Rizal menyajikan metode yang ia gunakan. Sebagai penggemar seni komedi, beliau menyelipkan lelucon dan candaan ketika menjelaskan rumus dan perhitungan kompleks yang tidak mudah dipahami oleh orang awam. 

“Mohon maaf sebelumnya saya harus menyampaikan (rumus-rumus). Memang penjelasannya agak teknis jadi mungkin akan menambah sedikit beban hidup buat yang melihat ini. Sekali lagi, mohon maaf saya tidak bermaksud membuat Anda pusing kepala” ucap Prof Achmad Rizal. 

Metode yang diusulkan oleh Prof. Achmad Rizal telah sukses diimplementasikan pada berbagai sinyal biomedis dengan hasil yang menjanjikan, meskipun adanya kontras rendah pada sinyal satu dimensi yang mengakibatkan sedikit perbedaan dalam ciri yang dihasilkan.  

Meskipun demikian, terdapat peluang untuk mengembangkan metode ini dengan mengeksplorasi cara meningkatkan kualitas citra (image enhancement) tanpa mengubah atau merusak informasi dalam sinyal biomedis. Penggunaan deep learning diyakini sebagai solusi potensial untuk meningkatkan kinerja sistem semacam ini. 

Pada akhir orasinya, Prof. Achmad Rizal menegaskan bahwa unsur kebaruan dalam penelitian (novelty) tidak selalu berasal dari riset yang sangat kompleks dan rumit. Bahkan, ide-ide unik untuk mendorong riset kita dapat ditemukan dalam hal-hal sederhana jika dilihat secara kreatif dan didorong oleh rasa ingin tahu yang besar. 

“Novelty dalam riset dapat berasal dari metode baru pada masalah lama atau penggunaan metode lama pada masalah baru. Meskipun terkadang diabaikan, novelty yang kecil pun dapat memberikan kontribusi signifikan jika dituliskan dengan baik dan sistematis, berpotensi berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan,” tutup Prof Achmad Rizal 

Penulis: Muhammad Zabarrekha Assidiq | Editor: Daris Maulana | Foto: Public Relations  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *